BPBD Sulawesi Tengah Mencatat 47 Bencana Terjadi di Sulteng Selama Januari hingga Maret 2023

waktu baca 3 menit
Keterangan Foto : BPBD Sulteng mencatat 47 bencana telah terjadi di Sulteng selama tiga bulan, (Foto/Pixabay)

Sulawesi Tengah, gemasulawesi – Badan Penanggulangan Bencana Daerah () Sulteng mencatat dalam tiga bulan terakhir sejak Januari hingga Maret 2023, terjadi hidrometeorologi di Provinsi Sulawesi Tengah.

Andi Sembiring Kabid Kedaruratan dan Logistik Sulteng mengatakan mayoritas bencana yang terjadi adalah banjir.

“Bencana yang sering terjadi yaitu banjir dan kita selalu siap siaga terutama pada daerah yang berpotensi banjir,” kata Andi Sembiring.

Baca : Ribuan Rumah Warga Kabupaten Majene Sulawesi Barat Terendam Banjir

Ia menjelaskan bencana hidrometeorologi terjadi dalam kurun waktu tiga bulan, dengan 21 kejadian banjir, 15 di antaranya akibat hujan lebat dan enam banjir akibat air rob.

Serta 16 angin kencang, enam tanah longsor, dua gelombang tinggi, satu erosi pantai dan satu kebakaran hutan dan lahan.

“Daerah yang terkena dampak banjir adalah Donggala, Poso, Banggai, Morowoli Utara serta Palu sementara daerah yang terkena longsor adalah Kabupaten Poso, Donggala dan Morowali Utara,” jelasnya.

Baca : 17 Hektar Sawah di Kecamatan Balinggi Parigi Moutong Terendam Banjir

Ia menjelaskan daerah yang terdampak angin kencang antara lain Banggai Laut, Tolitol, Donggala, Banggai Kepulauan, Buoli, Morowali, Morowali Utara, dan Palu.

Sementara itu, gelombang tinggi, erosi pantai, dan kebakaran hutan dan lahan melanda Kabupaten Banggai, Banggai Laut, dan Poso.

“Sejumlah daerah di Sulawesi Tengah tercatat mengalami bencana baik banjir,longsor maupun erosi pantai,” terangnya.

Baca : Banjir Rendam Tiga Kelurahan di Kabupaten Tojo Una-Una

Menurutnya pada januari lalu, sembilan rumah rusak berat, lima rumah rusak sedang, dan 48 rumah rusak ringan. 

Serta 319 rumah terendam air, termasuk 8 hektar sawah yang juga terendam air dan puluhan korban jiwa akibat banjir.

“Jumlah korban tewas 30 orang dari 300 keluarga yang terdampak dan lebih dari delapan keluarga harus mengungsi,”ujarnya.

Baca : Banjir di Buol Sulawesi Tengah Rendam Puluhan Rumah Warga

Kemudian pada bulan Februari, empat rumah rusak berat, 49 rumah rusak sedang, dan 201 rumah rusak ringan.

Dan sekitar 291 rumah, dua lembaga pendidikan, satu tempat ibadah, tiga puskesmas terendam air.

“Korban tewas berjumlah 461 orang dari 196 keluarga, dengan satu keluarga harus mengungsi,” tambahnya.

Baca : Enam Desa di Luwu Terendam Banjir Akibat Tanggul Jebol

Lebih lanjut dia menjelaskan pada Maret sebanyak 146 rumah, 1 sarana pendidikan, 1 tempat ibadah terendam banjir dan dua rumah rusak berat.

Sedangkan untuk korban luka berjumlah dua orang dari 50 warga yang terdampak, dan juga tujuh keluarga mengungsi.

“Pada bulan maret tercatat tidak ada korban tewas dan dampak yang terjadi tidak sebesar pada dua bulan sebelumnya,” ucapnya.

Ia juga meminta untuk seluruh pihak dapat memperkuat mitigasi bencana karena bencana dapat terjadi kapanpun.

Menurutnya penting bagi masyarakat untuk memahami mitigasi bencana secara mandiri agar resiko peningkatan korban dapat dicegah.

“Itulah mengapa penting untuk memperkuat perlindungan secara mandiri, karena bencana sulit diprediksi,” pungkasnya. (*/Siti)

Editor: Muhammad Azmi Mursalim

Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.