Dua Band Parimo Ramaikan Panggung FPDL Gorontalo

waktu baca 3 menit
Foto bersama dua band asal Parigi Moutong, Lintang Project dan Twenty Four di panggung IBC FPDL, Gorontalo (Foto: Ist)

Parimo, gemasulawesi.com Dua band asal Kabupaten Parigi moutong (Parimo) tampil di panggung Indonesian Band Competition (IBC) rangkaian Festival Pesona Danau Limboto (FPDL), Provinsi Gorontalo.

Dalam jadwal panggung FPDL, Lintang Project dan Twenty Four, dua gabungan musisi grup musik modern asal Parimo tampil hampir berurutan. Lintang Project sebagai peserta ke 11, sedangkan Twenty Four manggung diurutan ke 17.

“Di panggung nanti, Lintang Project membawakan lagu cipta berjudul Pesona Tanah Gorontalo. Lagu itu nanti dimainkan secara modern dengan genre rok yang dikolaborasi dengan dua jenis alat musik etnik,” ungkap ujar Manager Lintang Project, Andi Sadam kepada media lewat sambungan selulernya dari Gorontalo, Senin 23 September 2019.

Ia melanjutkan, penyatuan dua warna musik itu dilakukan mengikuti konsep gelarannya tentang wisata dan budaya.

Baca Juga: Bappelitbangda Parimo Target Penurunan Stunting Dalam Tiga Tahun

Andi Sadam menjelaskan, dua alat musik etnik yang dipadukan dengan alat musik modern itu adalah Lalove atau suling tradisional suku Kaili dan satunya lagi jenis Kakula.

“Dua alat musik tradisional itu digunakan agar memunculkan nilai budaya sebagaimana konsep kegiatan panggung FDPL,” katanya.

Andi Sadam mengungkap, menonjolnya cerita tentang sejarah dan budaya yang dituangkan dalam lirik lagu berjudul Pesona Tanah Gorontalo itu jadi pendukung utama pelibatan warna musik etnik.

Dalam lirik lagu yang dikarang Suci Sunia Rerung itu, menyinggung beberapa obyek wisata andalan Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

“Salah satu jualan dalam lagu cipta itu adalah wisata religi Gorontalo. Adalah Mesjid Walima Emas, yang merupakan salah satu objek kunjungan wisatawan ketika berkunjung ke Gorontalo,” ungkap Andi Sadam. “

Nama Danau Limboto yang terletak di Kecamatan Limboto, turut jadi baris pengisi dalam lirik lagu cipta yang diaransemen Lintang Project.

Tidak hanya itu, warisan leluhur Air Berkah Taluhu Barakati masuk dalam karangan perempuan yang sekaligus vokalis Lintang Project itu.

“Di cerita rakyat, obyek wisata Air Berkah Taluhu Barakati sebagai tempat pemandian Bidadari karena airnya yang sejuk. Bahkan warga mempercayai sumber air di sana memiliki berkah dan bisa menyembuhkan penyakit bagi yang meminumnya,” urai Andi Sadam.

Manager Lintang Project itu berharap, tim Lintang bisa tampil maksimal sesuai yang sudah terkonsep sebelum manggung.

“Juara bukan jadi tujuan utama Lintang Project. Tampil sempurna di panggung berskala nasional itu yang jadi prioritas kami. Urusan kalah menang itu bukan urusan kami. Yang paling kami harapkan adalah bisa hadir di panggung FPDL membawa nama , Sulawesi Tengah,” katanya.

Sekaligus lanjut dia, kami juga ingin turut dalam meramaikan giat panggung FPDL serta mempromosikan pesona budaya Gorontalo lewat musik dan lagu.

Menyangkut Twenty Four, dalam lagu ciptaan Drummernya, Muhammad Rafli, juga menceritakan tentang pesona wisata Provinsi Gorontalo. Dalam aransemennya, lagu berjudul Pesona Danau Limboto ini dibawa ke aliran musik rok alternative.

Manager Twenty Four, Arki Arianggara menceritakan, kalau dalam lirik lagu wajib mereka lebih spesifik ke obyek wisata Danau Limboto. Menurut Arki, nama Danau Limboto menjadi nama dari kegiatan Pemda Gorontalo.

“Sepenggal dalam lirik dari jingle berjudul Pesona Danau Limboto adalah tentang kedamaian dan kebahagiaan yang bisa ditemukan dari sugesti alam Danau Limboto,” pungkas Arki. (*)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.