gemasulawesi.com – Berita Terkini Indonesia Hari Ini
Berita Terupdate dan Terkini Indonesia, Sulawesi Tengah, Palu, Poso, Parigi Moutong
Erupsi Gunung Merapi Sabtu Kemarin, Begini Cerita Asal Usul Gunung Merapi di Yogyakarta
Nasional, gemasulawesi – Erupsi Gunung Merapi terjadi hari Sabtu kemarin tepatnya pada pukul 12.12 WIB 11 Maret 2023 begini cerita asal usul Gunung Merapi di Yogyakarta yang sudah melakukan erupsi sebanyak 9 kali tersebut.
Dengan adanya erupsi Gunung Merapi dan Indonesia erat dengan cerita rakyatnya begini cerita asal usul Gunung Merapi di Yogyakarta.
Berikut ini cerita asal usul Gunung Merapi, dikisahkan bahwa pada zaman dulu Gunung Merapi ini dijadikan penyeimbang agar Pulau Jawa tidak miring karena dulu Pulau Jawa ini adalah Pulau yang dataran-nya miring.
Baca: 33 Purna Paskibraka Parigi Moutong Ditetapkan Jadi Duta Pancasila
Melihat hal itu para dewa yang berada di kayangan menyeimbangkan Pulau Jawa yang miring ini dengan memindahkan sebuah gunung yang berada di pesisir Selatan pantai bernama Gunung Jamurdipa.
Berdasarkan cerita masyarakat setempat tempat di mana Gunung Merapi berada dulunya adalah tanah datar dengan hutan yang lebat yang disebut sebagai hutan rimba.
Tanah datar dengan hutan yang lebat itu berada di daerah perbatasan Sleman sebuah kabupaten yang kita kenal seperti sekarang ini di Yogyakarta.
Tidak hanya berada dekat dengan Kabupaten Sleman tapi juga dekat dengan tiga kabupaten lainnya seperti Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten.
Melihat tanah Pulau Jawa yang tidak rata dan miring para dewa yang berada di kayangan mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan masalah Pulau Jawa yang daerahnya tidak rata tersebut.
Hasil diskusi para dewa di kayangan tersebut sepakat untuk memindahkan Gunung Jamurdipa di pesisir Selatan untuk berpindah ke daerah tanah datar yang dipenuhi hutan lebat tersebut.
Baca: Spektakuler! Dewa 19 Hadirkan Konser Bertajuk Pesta Rakyat 30 Tahun Berkarya Dewa 19
Gunung Jamurdipa ini adalah gunung yang sudah tidak aktif lagi.
Akan tetapi sesuatu terjadi ketika Gunung Jamurdipa sudah dipindahkan Gunung Jamurdipa ini awalnya memang sudah tidak aktif lagi menjadi aktif atau berapi.
Hal ini menjadi pertanyaan apa yang menyebabkan Gunung Jamurdipa berubah menjadi gunung berapi setelah dipindahkan ke daerah tersebut.
Sementara itu di daerah di mana Gunung Jamurdipa ingin ditempatkan oleh para dewa tersebut hiduplah dua orang Empu.
Dua Empu ini bernama Empu Pamadi dan Empu Rama yang sangat sakti.
Baca: RAPI Sulbar Diminta Untuk Sampaikan Informasi Kebencanaan
Empu Pamadi dan Empu Rama ini adalah Empu pembuatan keris pusaka, keris pusaka yang dibuat oleh dua Empu ini berbeda karena cara pembuatan keris pusaka dengan pembuatan keris pusaka lainnya terdapat perbedaan.
Letak perbedaan tersebut adalah Empu Pamadi dan Empu Rama ini selama membuat keris pusaka tersebut tidak menggunakan alat hanya menggunakan tangannya saja untuk menempa besi yang panas tersebut.
Awalnya para dewa menasehati kedua Empu tadi untuk memindahkan Gunung Jamurdipa agar segera berpindah ke tempat yang lain agar tidak tertindih Gunung Jamurdipa.
Raja para dewa yaitu Batara Guru dengan segera mengutus Batara Narada dan Dewa Penyaringan beserta jumlah pengawal dari Istana Kayangan untuk membujuk Empu Pamadi dan Empu Rama.
Ketika tiba di tempat Empu Pamadi dan Empu Rama utusan Barata Guru segera menghampiri Empu Pamadi dan Empu Rama yang sedang sibuk melakukan pekerjaannya yaitu menempa besi dengan mencampurkan berbagai logam.
Melihat dua Empu tersebut menempa besi panas hanya menggunakan tangannya langsung Batara Narada dan Dewa Penyaringan sangat terkejut.
Baca: Arema FC Hanya Bisa Imbang 0-0 dari Dewa United di BRI Liga 1
Kepalan tangan Empu Pamadi dan Empu Rama seperti palu baja setiap kali kepalan tangan tersebut dipukul ke besi yang membara.
Melihat ada dua dewa yang menghampiri mereka yang sudah meminta izin ingin berbicara dua Empu tadi langsung menghentikan pekerjaannya.
Utusan para dewa tersebut menjelaskan tujuannya menghampiri Empu Pamadi dan Empu Rama tentang ingin memindahkan Gunung Jamurdipa ke tanah daratan ini.
Setelah mendengar penjelasan pada dewa, dua Empu ini terdiam karena tertegun karena permintaan para dewa terasa sangatlah berat.
Empu Rama yang mengutarakan kegelisahannya tersebut mengatakan bahwa mereka menolak untuk pindah karena proses pembuatan keris pusaka yang sakti tidak boleh berpindah-pindah tempat.
Dewa Penyarikan kemudian menyampai kegelisahan para dewa atas tanah Pulau Jawa yang jika tidak dipindahkan Gunung Jamurdipa ini ke sini maka tanah Pulau Jawa akan semakin miring ke bawah.
Batara Narada kembali membujuk Empu Pamadi dan Empu Rama serta bersedia untuk mencarikan tempat yang lebih baik dari tempat Empu Pamadi dan Empu Rama untuk membuat keris pusaka.
Dua empu tersebut tetap menolak dan mengatakan bahwa keris pusaka yang masih belum selesai jika mereka segera berpindah tempat kesaktiannya tidak akan sempurna.
Baca: Puluhan Siswa Mamuju Ikuti Diklat Paskibraka HUT RI 2019
Dua empu ini juga mengatakan bahwa masih terlalu banyak tanah datar jika ingin menempatkan Gunung Jamurdipa.
Melihat keteguhan hati tersebut Dewa Batara Narada dan Dewa Penyarikan hilang kesabaran akhirnya Dewa Batara Narada dan Dewa Penyarikan mengancam Empu Pamadi dan Empu Rama agar segera pindah.
Empu Pamadi dan Empu Rama sama sekali tidak takut dan dua pihak tersebut berselisih paham dan masih teguh akan pendirian dan tugas masing-masing.
Dengan kesaktian yang dimiliki Empu Pamadi dan Empu Rama serta Dewa Penyarikan dan Dewa Batara Narada akhirnya terjadilah perkelahian yang sangat sengit.
Walaupun dikeroyok oleh dua dewa dan pengawal dewa, Empu Pamadi dan Empu Rama berhasil menang.
Dikarenakan kalah Batara Narada dan Dewa Penyarikan segera terbang ke Kayangan untuk melaporkan kepada Batara Guru apa yang dialaminya.
Mendengar laporan tersebut Batara Guru menjadi murka dan Batara Guru ingin memberikan pelajaran kepada Empu Pamadi dan Empu Rama.
Batara Guru menyuruh Dewa Bayu untuk meniup Gunung Jamurdipa yang bagaikan angin topan tersebut berhasil menerbangkan Gunung Jamurdipa.
Karena tiupan Gunung Jamurdipa melayang-layang di angkasa dan akhirnya jatuh tepat di perapian Empu Pamadi dan Empu Rama.
Empu Pamadi dan Empu Rama ikut tertindih oleh Gunung Jamurdipa hingga meninggal, menurut cerita rakyat yang beredar roh Empu Pamadi dan Empu Rama menjadi penunggu gunung.
Sementara itu tempat perapian membuat keris berubah menjadi kawah berapi karena itulah nama kawah yang berapi itu para dewa mengganti Gunung Jamurdipa menjadi Gunung Merapi seperti yang kita kenal sekarang. (*/Wulandari)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News