Hilangnya Esensi Ramadhan di Tengah Pandemi, Benarkah?

waktu baca 2 menit
Ilustrasi Puasa di Bulan Ramadhan

Opini, gemasulawesi Tiga bulan terakhir, kehidupan kita bertubi-tubi dirasuki wabah misterius yang sekarang akrab disapa virus corona. Semua lini dibuatnya pontang-terengah-engah, mulai dari pendidikan, ekonomi, interaksi, literasi hingga hal paling mendasar dalam diri Anda setiap insan relasi dengan Tuhan.

Wabah virus corona ini membebaskan manusia untuk beraktivitas terbatas dari tempat-tempat tertentu, dan yang paling ideal adalah dari rumah.

Semua hingar-bingar, gelak tawa, hingga senda-gurau semua telah dilakukan melalui online. Pelajar yang berkuasa dengan banyak tugas pasca menuntut ilmu, buruh-buruh yang kehilangan mata pencaharian karena moda transportasi yang dibekukan.

Sementara itu, seseorang yang rindu keluarga dan pujaan hati dan manusia-manusia yang rindu suasana Ramadhan seperti biasanya sampel nyata yang bisa kita lihat asbab wabah ini.

Terkhusus sampel terakhir, saya pun merasakan hal yang sama, rindu dengan suasana Ramadhan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sejatinya, Ramadhan akan tetap menjadi bulan yang mulia, belum kondisinya dan ini adalah sesuatu yang berkualitas.

Namun nyatanya, banyak yang tidak menyadari. Gema kalimat Ramadhan kali ini terasa lain karena tidak ada Buka bersama (Bukber).

Kemudian, sudah tidak ada Shalat Tarwih di Masjid. Atau faktor pandemi corona tidak ada lagi orang membangunkan sahur seperti biasanya. Itulah beberapa contoh dari mereka yang tidak menyadarinya.

Padahal, demikian transisi Ramadhan. Lantas, apakah esensi Ramadhan hilang ditelan wabah? Tidak sama sekali! Mengapa Wabah ini bisa saja merenggut momen buka puasa dan sahur bersama dengan teman-teman atau sahabat, tetapi tidak akan mampu merenggut momen buka bersama dengan keluarga.

Ingat, momen buka dan sahur bersama teman-teman-teman-teman perlu diundang ghibah dan diskusi tidak berfaedah dari nilai silaturahmi.

Wabah ini bisa saja membuatmu jauh dari teman, sahabat, juga kerabat tetapi Insya Allah esensi Ramadhan akan lebih mendekatimu bagiNya, lebih memperbanyak ibadah, punya banyak waktu untuk membuka kitabNya. Dan bercengkrama dengan keluarga adalah beberapa jalan mengakrabkan diri denganNya.

Wabah ini bisa saja ‘me-lockdown’ pekerjaanmu, tetapi tidak akan mampu mengembalikan rezekiNya. Dan wabah ini tidak akan menutup hati mereka yang memang hanya bergantung pada-Nya untuk terus berfikir dan membawa yang muhsin.

Ramadhan bukan soal seremoni, bukan pula soal hegemoni. Tapi soal bagaimana memaknainya sebagai bulan mulia penuh berkah yang akan membuat dirimu lebih baik lagi dari segi fikiran atau tindakan.

Tetap aman. Tetap waspada. Tetap baik-baik saja.

BACA JUGA: Positif Corona Sulawesi Tengah Terus Bertambah Bagaimana Menyikapinya?

Penulis: Muh. Reza Eka Saputra (Mahasiswa Jurusan Akuntansi UIN Alauddin Makassar)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.