Ini Kata Pakar Genetika Soal Kerancuan Kelamin Bocah Cianjur

Perbesar

Parimo, gemasulawesi.com– Soal kelamin ganda seorang anak berinisial AR usia 3 tahun di Cianjur, pakar genetika medik berpendapat kasus AR adalah kerancuan kelamin.

Sebelumnya AR didiagnosis mengalami Hipospadia dan kelainan Undescended Testis atau sering disebut kelamin ganda. Tapi, Sultana MH Faradz, profesor di bidang genetika medik dari Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang, Jawa Tengah berpendapat lain.

“Adanya kerancuan seks. Di luar negeri sekarang istilahnya DSD atau kelainan perkembangan seks,” tegas dia.

Istilah gender ganda, sebaiknya tidak digunakan karena akan merugikan bagi pasien. Oleh sebab itu, istilahnya diganti dengan kerancuan gender.

Ia menjelaskan, soal kelamin ganda, AR bukanlah pasien dengan dua alat kelamin. Namun dia mengalami hipospadia cibier.

“Hipospadia itu alat kelamin laki-laki yang bocor di tengah. Bocornya bisa di penis, bisa di skrotum (kantung pelir yang membungkus testis atau buah zakar) bagian belah tengahnya, bisa juga di bagian bawah lagi dekat anus,” jelasnya.

Bocor di sini maksudnya ada kebocoran atau lubang di saluran kencing (uretra), sehingga air seni tidak dapat keluar dari ujung penis. Inilah yang membuat AR ketika buang air kecil harus jongkok.

Jika bila AR pipis sambil berdiri seperti laki-laki, itu pipisnya akan mengalir ke paha.

“Jadi dia pipisnya harus jongkok seperti perempuan, karena dia pipisnya enggak bisa lewat ujung penisnya. Dan itu bocor, bukan kelamin ganda,” jelas Sultana.

Ia menjelaskan, apabila kebocoran ada di daerah skrotum, di antara dua kantung pelir, dan berukuran besar atau disebut bocor berat.

Maka sepintas akan tampak seperti alat kelamin perempuan.

“Orang awam yang tidak tahu mengiranya itu alat kelamin perempuan, padahal sebenarnya itu hipospadia cibier atau hipospadia berat,” jelas dia.

Kondisi ini tetap masuk ke dalam DSD atau kerancuan kelamin, tapi bukan kelamin ganda.

Sumber: kompas.com