Shizuka Miliki Savior Complex, Apa Itu?

waktu baca 2 menit
Ket. Shizuka dalam Doraemon (Foto/Doraemon Fandom)

Kupas Tuntas, gemasulawesi – Linimasa Twitter tengah ramai membicarakan , peran wanita dalam serial yang disebut miliki sifat , apa itu?

Pembahasan mengenai di linimasa twitter pertama kali digulirkan oleh akun Movie Menfess (@moviemenfess) yang menyebutkan kenapa memilih menikah dengan Nobita, daripada Dekisugi yang rajin dan baik.

Atas linimasa ini, dibalas oleh Zhuge Liang (@FikritheAdvisor) yang menyebutkan bahwa memiliki sifat .

“Di komik, alasan dengan Nobita karena merasa kasian dan menganggap Nobita tidak bisa apa-apa tanpa dia, “ cuitnya.

Baca Juga : Sifat Terburuk yang Dimiliki Setiap Tipe Kepribadian MBTI

Sebenarnya, apa itu ?

Dilansir dari website Alodokter, merupakan perilaku yang terus-menerus ingin menolong orang lain secara berlebihan, sampai menimbulkan ketidaknyamanan dari orang yang ditolong.

Orang yang memiliki sifat ini sampai rela mengorbankan dirinya, waktu bahkan uang untuk orang lain.

Baca Juga : Sifat Terbaik yang Dimiliki Setiap Tipe Kepribadian MBT

Berbeda dengan psikopat, orang yang memiliki sifat ini justru memiliki empati yang berlebihan sehingga mudah iba dan kasihan terhadap orang lain.

Tak berhenti sampai membantu, orang dengan perilaku juga sangat suka mempengaruhi orang lain.

Bahkan lebih memaksa mengubah kehidupan orang lain, tak hanya perilaki, tetapi bahkan karir dan jalan hidupnya.

Orang seperti ini juga merasa memiliki solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi orang lain.

Menolong orang lain memang baik, namun ternyata orang yang memiliki sifat ini justru memiliki dampak yang buruk terutama untuk dirinya sendiri.

Orang dengan akan merasa lebih mudah lelah bahkan mengalami burnout.

Hingga menghadapi beragam permasalahan seperti penurunan rasa percaya diri bahkan depresi jika gagal membantu orang lain.

Lantas bagaimana cara kita agar tidak menjadi penolong yang berlebihan seperti ini?

1. Belajarlah menjadi pendengar yang baik, usahakan untuk tidak memotong pembicaraan orang lain terutama untuk memberikan solusi.

2. Belajar untuk memberikan bantuan sewajarnya.

3. Jika orang lain tidak menjalankan solusi yang kita berikan, hargai keputusan yang mungkin memang terbaik untuk dirinya.

Paling penting adalah jangan pernah mendiagnosis sendiri jika merasa tanda-tanda tersebut mirip dengan Anda.

Jangan malu untuk berbicara dengan psikolog untuk mendapatkan saran dan penanganan. (*/YN) 

Editor: Muhammad Azmi Mursalim

Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.