TikTok Meluncurkan Perlindungan Keamanan Bagi Penggunanya di Eropa

waktu baca 3 menit
Keterangan Foto: Aplikasi TikTok,(Foto:Pixabay)

Internasional, gemasulawesi telah mengumumkan rencanya untuk melakukan bagi penggunanya di seluruh .

Rancangan program yang diberi nama sebagai Project Clover yaitu melibatkan data pengguna yang akan disimpan di server yang ada di Irlandia dan Norwegia dengan biaya tahunan yang akan dikeluarkan mencapai 1,1 miliar Euro.

“Kami akan menyimpan data di dua server di Irlandia tetapi kami juga akan menggunakan pusat data di Norwegia untuk tujuan yang sama di bawah Project Clover,” kata Theo Bertram, wakil presiden .

Baca : Gedung Putih Meminta Kepada Lembaga Pemerintah untuk Menghapus TikTok untuk Menjaga Keamanan

sebagai platform media sosial yang memiliki lebih dari 1 miliar pengguna di seluruh penjuru dunia dan memiliki lebih dari 150 juta pengguna di .

Penggunaan server data Irlandia dan Norwegia akan menelan biaya   1.2 miliar Euro per tahun.

“Kami akan memperkenalkan sistem berupa pseudonimisasi sehingga seseorang tidak dapat dilakukan identifikasi tanpa informasi tambahan,” kata Theo Bertram.

Baca : Instagram Akan Ubah Konsep Layanan Berbasis Video

Di bawah sistem Clover, kontrol data pengguna akan dipantau oleh perusahaan keamanan siber milik pihak ketiga yang ada di , meskipun belum menyebutkan nama mitra keamanannya.

Tahun lalu telah mengkonfirmasi diseluruh dunia bahwa pihak perusahaan dapat mengakses data pengguna untuk memastikan pengalaman mereka di platform dengan konsisten, menyenangkan, dan aman.

“Data pengguna yang ada ialah digunakan untuk melakukan pemeriksaan pada kinerja algoritmenya, yang merekomendasikan konten terbaik kepada pengguna, dan melacak akun otomatis yang berbahaya,” kata Theo Bertram.

Baca : Youtube Kalah Telak Dengan Tiktok, Apa yang Terjadi?

Rencana di mencerminkan rencana untuk meyakinkan AS tentang data pengguna, yang disebut Project Texas.

Di bawah rencana AS, akan menyimpan data dari pengguna Amerika di AS di server yang dijalankan oleh perusahaan teknologi Oracle.

“Kami juga akan memantau algoritme dan kode sumber untuk mencoba meredakan kekhawatiran bahwa negara China dapat memengaruhi apa yang dilihat orang di aplikasi serta memeriksa pembaruan dan mengirimkannya di aplikasi Google dan Apple Store,” kata perwakilan perusahaan Oracle.

Baca : Nelayan Hina Polri dan Bendera Merah Putih di Aceh Terancam Lima Tahun Penjara

Kekhawatiran tentang data telah meningkat oleh kekhawatiran bahwa perusahaan dapat dipaksa secara hukum untuk menyerahkan data oleh pemerintah China.

  yang menyimpan data pengguna globalnya di serta Singapura telah membantah data penggunanya dapat diakses atau dimanipulasi oleh pemerintah China.

“Pemerintah China hingga saat ini tidak pernah meminta data pengguna kepada kami dan jika mereka mau kami akan menolak untuk melakukannya secara tegas,” kata Theo Bertram.

Baca : Argentina Incar Sayap Kiri Prancis, Akan Jadi Laga yang Hebat

Bulan lalu Komisi , badan eksekutif Uni melarang dari ponsel dan perangkat kerja, sementara parlemen juga telah melarang aplikasi dari ponsel staf.

Namun, Inggris telah mengesampingkan langkah serupa meskipun ada lobi dari politisi Konservatif, termasuk mantan pemimpin Tory Iain Duncan Smith.

“Kami tidak memiliki bukti yang menunjukkan ada keharusan untuk melarang orang menggunakan ,” kata Michelle Donelan, sekretaris negara untuk sains, inovasi, dan teknologi Inggris. (*/Siti)

Editor: Muhammad Azmi Mursalim

Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.