Internasional, gemasulawesi – Seorang peneliti profesor, Yosefa Loshittzky, baru-baru ini mengungkapkan jika dia pernah menulis sebuah makalah yang berjudul ‘Gaza Sebagai Metafora dan Hak untuk Menjadi Manusia’.
Yosefa Loshittzky menuturkan jika dalam makalahnya tersebut,dia menuliskan bahwa dia sepenuhnya menyadari bahwa Gaza bukan hanya sebuah metafora, tetapi juga sebuah kenyataan pahit yang sengaja dibuat dan diabadikan oleh Israel.
Yosefa Loshittzky menyebutkan bahwa dengan tulisannya itu, dia berpendapat bahwa serangan mematikan Israel di Gaza selama beberapa tahun terakhir merupakan momen politik normatif.
“Sebuah momen yang saya sebut ‘Momen Gaza’ yang diwujudkan dalam berbagai cara termasuk gerakan pendudukan mahasiswa tahun 2009 dan meningkatnya seruan boikot, divestasi dan sanksi terhadap Israel,” katanya.
Peneliti tersebut menerangkan Gaza sebagai sebuah metafora menunjukkan bahwa perang antara Israel yang berada di wilayah kumuh dan Palestina yang berada dalam wilayah ghetto berlaku pada dunia benteng saat ini dan di masa depan.
“Ini dihasilkan, dilakukan dan dilanggengkan oleh sektor keamanan,” ujarnya.
Yosefa Loshittzky memaparkan jika Gaza sebagai sebuah metafora melampaui apa yang dinamakan kekhususan lokal dari apa yang disebut dengan konflik Israel dan Palestina yang telah berlangsung selama berdekade-dekade lamanya.
“Dan ini menjadi relevan dengan matriks perjuangan global untuk mendapatkan keadilan,” ucapnya.
Dengan ini, Yosefa menegaskan, Gaza bertindak sebagai cermin yang merefleksikan perlawanan lokal masing-masing kelompok yang dirampas haknya dan menghubungkannya dengan aksi perlawanan serupa lainnya di berbagai belahan dunia.
Baca Juga: Banyak Penderitaan Terjadi, Pemikir Arab Ramalkan Penjajah Israel Akan Jatuh ke Dalam Rawa di Gaza
“Mungkin metafora yang paling kejam yang diterapkan oleh Israel kepada Gaza adalah pandangan bahwa Gaza adalah sebuah laboratorium,” jelasnya.
Yosefa Loshittzky membeberkan jika Gaza adalah laboratorium eksperimental bagi industri perdagangan senjata berteknologi tinggi Israel dan sekutu sejatinya, Amerika Serikat.
Dalam kesempatan yang sama, Yosefa Loshittzky menerangkan bahwa oleh karena itu, tidak mengherankan jika Gaza telah memperoleh status sebagai metafora global untuk ketidakadilan.
“Dengan kata lain, Gaza sebagai metafora adalah sebuah upaya untuk mendapatkan kembali keadilan,” pungkasnya. (*/Mey)