Kupas Tuntas, Gemasulawesi – Film horor seringkali menghadirkan cerita-cerita yang menggigit, namun “Ravenous” mengambil arti kata itu secara harfiah.
Disutradarai oleh Antonia Bird, film ini menggali kisah kanibalisme paling mengerikan dalam sejarah Amerika.
Dibintangi oleh Guy Pearce, Robert Carlyle, dan Jeffrey Jones, “Ravenous” adalah sebuah perjalanan ke dalam kegelapan manusia yang menyeramkan.
Kisahnya berawal di tahun 1874, ketika Alfred Packer, seorang penjelajah, memutuskan untuk bergabung dengan sekelompok pria yang akan menjelajahi tambang emas di Colorado yang terpencil.
Namun, apa yang dimulai sebagai petualangan biasa berubah menjadi mimpi buruk ketika mereka terjebak dalam musim dingin yang menghancurkan.
Musim dingin yang keras dan salju yang melimpah membuat perjalanan pulang menjadi tak mungkin.
Baca: Yuk Kenalan dengan Para Pemain Film Sweet Girl dengan Kisah Menyentuh Hati dan Menegangkan
Alih-alih kembali ke peradaban, Packer dan lima temannya memutuskan untuk bertahan hidup di tengah salju yang meliputi mereka.
Pada akhir musim dingin yang kelam, Alfred Packer adalah satu-satunya yang selamat dari kelompok tersebut.
Tetapi apa yang terjadi selama musim dingin tersebut?
Bagaimana Packer bisa bertahan hidup di tengah hutan liar dan salju yang membeku? Jawabannya sungguh mengerikan.
Packer akhirnya mengaku bahwa dia membunuh teman-temannya satu per satu dan mengonsumsi daging mereka untuk bertahan hidup.
Bahkan lebih mengerikan, dia mengungkapkan bahwa selama periode tersebut, dia mulai ketagihan dengan daging manusia, terutama bagian-bagian tertentu seperti dada.
Kisah mengerikan ini, yang terinspirasi dari kisah nyata Alfred Packer, telah diabadikan dalam film “Ravenous” yang dirilis pada tahun 1999.
Film ini menggambarkan kegelapan manusia dengan detail yang mencengangkan dan menghadirkan atmosfer horor yang menggetarkan.
“Ravenous” bukan hanya tentang kanibalisme fisik, tetapi juga menggali tema-tema seperti isolasi, paranoia, dan ketakutan.
Film ini membawa penonton ke dalam perjalanan yang mencekam di mana batas antara kemanusiaan dan kebinatangan mulai kabur.
Film ini juga menunjukkan bahwa dalam keadaan ekstrem, sifat dasar manusia dapat terungkap dengan cara yang paling mengerikan.
Dalam gelapnya hutan dan dinginnya salju, ketakutan menjadi lebih mendalam ketika musuh yang paling mematikan adalah sesama manusia.
Film ini adalah peringatan yang menegangkan tentang kegelapan dalam diri kita yang mungkin hanya terungkap dalam situasi ekstrem. (*/Haris Wahyu Pratama)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News