Internasional, gemasulawesi – Amer Aroggi merupakan seorang jurnalis yang tinggal di Jalur Gaza, yang mengakui jika saat perang Ukraina pecah di tanggal 24 Februari 2022 lalu dia merasa harus melaporkannya kepada dunia.
Amer Aroggi mengatakan sebagai seorang yang hidup di masa pendudukan penjajah Israel, dia juga mampu merasakan penderitaan warga Ukraian yang menderita karena perang dengan Rusia.
Amer Aroggi memutuskan untuk pindah ke Ukraina dengan perpindahan yang berjalan lancar, terutama karena kakak laki-lakinya telah berada di Ukraina selama bertahun-tahun lamanya.
Baca Juga:
Tempat Warga Sipil Terjebak, Tank Penjajah Israel Dilaporkan Tembaki RS Nasser di Khan Younis
Dia kemudian mendapatkan pekerjaan barunya dengan cepat sebagai koresponden saluran berita terkemuka.
Diketahui jika ketika perang Gaza meletus di tahun 2023, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyatakan dukungannya untuk penjajah Israel yang juga dilakukan oleh hampir sebagian besar penduduk Ukraina dan para pemimpin Barat lainnya.
Aroggi menegaskan dia melihat standar ganda disini dimana dunia membantu Ukraina bersama-sama dan tidak ada yang membantu Palestina.
Baca Juga:
Penolakan Akses Kemanusiaan, Kantor Kemanusiaan PBB Peringatkan Gaza Akan Mati Kehabisan Darah
“Bahkan, hal yang menyedihkan lainnya adalah tidak ada yang membantu saya untuk mengevakuasi ibu dan adik perempuan saya untuk keluar dari Jalur Gaza yang kondisinya semakin parah karena perang yang tidak kunjung berhenti,” keluhnya.
Amer Aroggi menuturkan jika warga Ukraina merupakan korban propaganda besar-besaran saat awal perang.
“Dan itulah yang menyebabkan mereka sering menyuarakan dukungan mereka untuk penjajah Israel yang telah menyebabkan kehancuran di Palestina,” jelasnya.
Di tanggal 7 Oktober 2023, Ibu Negara Ukraina, Olena Zelenska, menyampaikan masyarakat Ukraina memahami dan berbagi penderitaan dengan rakyat penjajah Israel.
Aroggi memberitahu jika hal itu dikatakan Zelenska saat papan reklame di Kyiv yang merupakan ibukota Ukraina menerangi wilayah ibukota dengan bendera penjajah Israel dimana-mana.
Di sisi lain, profesional medis dari Gaza yang pindah ke Ukraina 9 tahun yang lalu, yang meminta namanya tidak disebutkan demi keamanan memaparkan jika saat Rusia menginvasi Ukraina, dia tetap teguh pada rumah angkatnya di Ukraina yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.
Baca Juga:
Inggris Tetapkan Hamas Sebagai Teroris, Petisi Penghapusan Masih Terus Menarik Tanda Tangan
“Namun, reaksi yang diberikan Ukraina untuk perang Palestina membuat saya bergulat dengan emosi saat awal-awal agresi yang menghancurkan tanah kelahiran saya dimulai,” akunya.
Tetapi, keduanya mengakui jika perang yang berlangsung secara terus menerus ini juga membuat beberapa perubahan dalam opini publik di masyarakat Ukraina yang mulai merasakan simpati untuk rakyat Palestina.
Di bulan Desember, Zelenskyy menyatakan Ukraina mengakui kemerdekaan rakyat Palestina dan penjajah Israel. (*/Mey)