Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, kepala Mossad yang merupakan badan mata-mata milik penjajah Israel, David Barnea, dilaporkan ikut serta dalam pertemuan yang dilakukan dengan Kabinet Perang penjajah Israel.
Dalam pertemuan tersebut, kepala Mossad, David Barnea, memberi tahu mereka yang hadir mengenai 9 poin rencana yang dia kembalikan setelah sebelumnya bertemu dengan para mediator di Eropa.
Dalam rencana yang diungkapkannya, untuk negosiasi terbaru, di tahap pertama akan ada jeda pertempuran yang direncanakan untuk 35 hari.
Dalam jeda pertempuran tersebut, nantinya akan ada sekitar 35 tawanan yang dibebaskan.
Setelah jeda 35 hari, menurut rencana akan ada waktu sekitar 1 minggu lagi dimana itu merupakan waktu untuk mendiskusikan bagaimana mereka akan membebaskan sisa tawanan yang masih ada.
Untuk fase kedua yang dipaparkan oleh kepala Mossad, adalah kombatan yang jika diartikan merupakan status hukum dari seseorang yang memiliki hak untuk terlibat dalam peperangan selama konflik.
Untuk fase pertama yang disebutkan sebelumnya, perempuan, anak-anak, lansia dan mereka yang mungkin memerlukan perawatan medis akan diamati.
Namun, hal yang juga tidak dibahas dalam kesepakatan tersebut adalah berapa banyak tahanan Palestina yang nantinya akan dibebaskan sebagai imbalan yang menyebabkan terjadinya banyak ketegangan di pemerintahan penjajah Israel.
“Tetap tidak akan ada konsesi besar yang diberikan oleh penjajah Israel,” tegas kantor perdana menteri penjajah Israel.
Baca Juga:
Susul Kehancuran Skala Besar di Jalur Gaza, Diamnya Komunitas Internasional Disebut Sulit Dipercaya
Dalam laporan terbaru, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) menyampaikan jika militer penjajah Israel melakukan penembakan besar-besaran dalam penggerebekan yang dilakukan di RS Al-Amal yang berada di Khan Younis.
Riyad Mansour yang merupakan utusan Palestina juga mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB jika untuk membuat tindakan sementara ICJ dapat diterapkan di Jalur Gaza, maka harus ada gencatan senjata.
Direktur urusan Gaza di UNRWA, Thomas White, mengungkapkan jika stafnya juga telah bergabung dengan ribuan rakyat Palestina lainnya yang meninggalkan wilayah Gaza selatan.
Baca Juga:
Banyak Nyawa Melayang, Ini Bagaimana Negara Anggota Uni Eropa Terpecah Terkait Perang Palestina
“Kami juga telah kehilangan beberapa fasilitas di Khan Younis,” akunya. (*/Mey)