Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan terbaru, setidaknya 8 orang tewas dan juga puluhan lainnya luka akibat serangan yang dilakukan penjajah Israel di sebuah rumah yang berada di sebelah timur Rafah di daerah Jalur Gaza selatan.
Sementara itu, kantor berita Palestina, Wafa, juga melaporkan 11 orang juga dilaporkan meninggal dalam serangan yang sama.
Wafa juga menyatakan jika 2 orang yang lainnya juga meninggal dalam serangan udara yang terpisah di hari Sabtu pagi yang kali ini menargetkan rumah kedua di Rafah.
Baca Juga:
Agresi Terus Dilakukan, WHO Sebut Lebih dari 8000 Orang di Jalur Gaza Membutuhkan Evakuasi Medis
Laporan yang lain menyampaikan jika terjadi serangan yang lainnya yang dilakukan oleh sejumlah pemukim penjajah Israel di Tepi Barat.
“Para pemukim tersebut datang di tengah malam,” kata salah satu penduduk desa yang menyaksikan langsung.
Dia mengatakan jika sebuah keluarga yang memiliki anggota sebanyak 5 orang bersembunyi ketakutan di rumah ketika para pemukim penjajah Israel juga menuangkan bensin ke mobil milik mereka dan kemudian membakarnya.
Laporan yang lainnya menyatakan jika pejabat senior Hamas di Beirut, Lebanon, Osama Hamdan, mengatakan jika proposal multi-tahap yang diajukan oleh sejumlah negara, yakni Mesir, Qatar dan penjajah Israel dan juga Amerika pada minggu ini tidak dapat diterima.
“Hal ini dikarenakan tidak mencakup gencatan senjata permanen di Jalur Gaza,” katanya.
Sementara itu, sekitar 800 pejabat Eropa dan juga Amerika Serikat juga menulis surat kepada pemerintah negara mereka.
Surat tersebut disebutkan berisikan kecaman untuk perang penjajah Israel di Jalur Gaza sebagai salah satu bencana kemanusiaan yang paling buruk yang pernah terjadi di abad ini.
Mengenai pernyataan yang diungkapkan oleh Menteri Pertahanan penjajah Israel, Yoav Gallant, yang menyatakan akan menyerang Rafah yang sebelumnya disebutkan sebagai zona aman, lebih dari 1 juta pengungsi Palestina dilaporkan takut akan serangan yang akan dilakukan militer penjajah Israel.
Sementara itu, UNICEF juga menyebutkan sekitar 17 ribu anak di Jalur Gaza kini harus terpisah dan tidak didampingi oleh keluarga mereka dikarenakan konflik Palestina. (*/Mey)