Internasional, gemasulawesi – Sebuah sumber militer Lebanon pada hari Sabtu, tanggal 2 November 2024, waktu setempat, mengatakan pasukan komando angkatan laut tidak dikenal yang diduga orang penjajah Israel menculik seorang pelaut di kota pesisir Batroun, lebih dari sebulan setelah perang penjajah Israel di Lebanon.
Sumber militer tersebut mengatakan kepada media bahwa pasukan komando angkatan laut menculik seorang warga sipil.
“Penyelidikan sedang dilakukan untuk menentukan apakah operasi tersebut dilakukan oleh penjajah Israel,” katanya.
Baca Juga:
Menteri Penjajah Israel Sebut Tentaranya Akan Tetap Berada di Jalur Gaza selama Bertahun-Tahun
Saat dihubungi oleh media, militer penjajah Israel menyampaikan mereka sedang memeriksa laporan insiden itu.
Kantor berita nasional resmi Lebanon, NNA, menyebutkan pasukan militer tidak dikenal melakukan pendaratan laut di Pantai Batroun, selatan Tripoli, pada Jumat dini hari, 1 November 2024.
“Pasukan itu pergi dengan semua senjata dan peralatannya ke sebuah chalet dekat pantai dan menculik seorang pria Lebanon dan berlayar ke laut lepas dengan speedboat,” ujar mereka.
Baca Juga:
Mossad Penjajah Israel Dilaporkan Terlibat dalam Skandal Spionase di Italia
Seorang kenalan korban penculikan mengindentifikasi dia sebagai mahasiswa Institut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Maritim atau MARSAT di Batroun.
Dia mengatakan dia dibawa dari perumahan mahasiswa di dekat institut Batroun tetapi merupakan penduduk kota Qmatiyeh yang sebagian besar penduduknya Syiah di selatan.
“Dia sedang menyelesaikan kursus untuk menjadi kapten laut,” ucapnya seraya menambahkan pria tersebut berusia tiga puluhan dan dikenal baik oleh staf pengajar di pusat itu.
Baca Juga:
Seorang Perwira Penjajah Israel Meninggal Karena Luka-Luka yang Dideritanya di Jalur Gaza Selatan
Kota Batroun yang mayoritas penduduknya Kristen relatif terlindungi dari perang penjajah Israel dengan Hizbullah yang telah menghantam Lebanon selatan, Lembah Bekaa timur, dan pinggiran selatan Beirut.
Perang yang telah terjadi sejak tanggal 23 September 2024 tersebut telah menewaskan lebih dari 1.900 orang di Lebanon meski jumlah sebenarnya kemungkinan lebih tinggi karena adanya kesenjangan data. (*/Mey)