Internasional, gemasulawesi – Selama lebih dari 15 bulan perang, pasukan penjajah Israel telah menghancurkan sebagian besar kapal nelayan di pelabuhan Kota Gaza.
Tetapi hal itu tidak menghalangi nelayan Jalur Gaza, Palestina, Khaled Habib, yang membuat rakit dari pintu kulkas lama sehingga dia dapat kembali ke laut dan terus memberi makan keluarganya.
“Kami berada dalam situasi yang sangat sulit saat ini dan berjuang keras dalam penangkapan ikan,” ujarnya kepada media.
Dia melanjutkan tidak ada perahu nelayan yang tersisa.
Baca Juga:
Penjajah Israel Dilaporkan Mendirikan Tenda di Tanah Kota Hawara Selatan Nablus
“Semuanya hancur dan dibuang ke tanah. Saya membuat perahu ini dari pintu kulkas dan gabus, untungnya berhasil,” katanya.
Habib memasukkan gabus ke dalam pintu kulkas lama agar mengapung dan melapisi satu sisi dengan kayu dan sisi lainnya dengan lembaran plastik agar kedap air.
Dia juga membuat keramba pancing dari kawat karena minimnya jaring tetapi mengaku hasil tangkapannya sedikit.
“Saya menggunakan adonan sebagai umpan dan sekarang memancing terutama di dalam area pelabuhan kecil,” ungkapnya.
Baca Juga:
Pasukan Penjajah Israel Menghancurkan dan Menyita Sejumlah Kios Kaki Lima di Timur Laut Yerusalem
Dia menambahkan jika mereka keluar dari pelabuhan nelayan, kapal-kapal penjajah Israel akan menembaki mereka dan itu masalah yang sering mereka alami.
Di sisi lain, warga Palestina di Jalur Gaza telah mengantre selama berjam-jam di toko roti setelah penjajah Israel memutus semua pasokan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Antrean panjang terbentuk sebelum fajar di luar sebuah toko roti di Khan Younis tempat warga Palestina mengantre, berharap mendapatkan sepotong roti saja untuk bertahan hari itu.
Salah satu warga Khan Younis mengatakan mereka hanya bisa mendapatkan 1 karung roti, perbatasan ditutup.
Baca Juga:
6 Toko Roti di Khan Younis Jalur Gaza Dilaporkan Tutup Karena Kekurangan Bahan Bakar
“Apa yang bisa kita lakukan? Untuk setiap orang, hanya ada setengah roti tawar dan setengah roti pita. Saya berangkat dari rumah pukul 6 pagi dan kembali pukul 1 siang hanya dengan 1 roti tawar,” tuturnya.
Warga Khan Younis lainnya, Samah Sahloul, menyatakan dulu mereka punya listrik untuk memasak tetapi sekarang tidak ada listrik dan tidak ada kayu bakar untuk memanggang di oven. (*/Mey)