Maluku Utara, gemasulawesi - Tiga anggota suku Togutil yang tinggal di hutan Halmahera, Maluku Utara, kembali masuk ke dalam hutan dengan membawa sejumlah makanan dari para pekerja tambang.
Momen anggota suku Togutil kembali masuk ke dalam hutan usai mendatangi pekerja tambang ini menjadi sorotan usai diunggah di akun Instagram @asian_survivor.
Sebelumnya, tiga anggota suku Togutil sempat keluar dan mendekati pekerja tambang PT Weda Bay Nickel, diduga untuk mencari makan.
Kedatangan Suku Togutil di lokasi pertambangan ini bukanlah karena keinginan mereka, melainkan sebagai reaksi terhadap rusaknya hutan yang menjadi tempat tinggal dan sumber kehidupan mereka.
Hutan yang dulunya lebat dan penuh dengan sumber daya alam, kini telah gundul akibat pembabatan untuk area pertambangan nikel dan kamp para pekerja.
Masyarakat Suku Togutil dikenal sebagai suku pedalaman yang hidup erat dengan alam.
Mereka sangat bergantung pada hutan Halmahera Timur untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk pangan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Namun, eksploitasi tambang yang masif telah mengancam keberlangsungan hidup mereka, memaksa mereka untuk meninggalkan habitat alami dan mendatangi kawasan yang kini menjadi tempat aktivitas manusia modern.
Saat tiba di lokasi pertambangan, ketegangan sempat terjadi.
Namun, pekerja proyek dari PT Weda Bay Nickel menyambut mereka dengan ramah dan memberikan makanan.
Momen ini terekam dalam sebuah video yang kemudian viral di berbagai platform media sosial, salah satunya Instagram @terang_media.
Beragam komentar warganet muncul, menyoroti dampak buruk dari eksploitasi sumber daya alam terhadap masyarakat adat dan lingkungan.
"Kasian ya, gak binatangnya, gak penduduk aslinya disitu. Bener-bener terusik banget cuma karena ego," tulis salah satu pengguna Instagram dengan akun @tha***.
Kehadiran Suku Togutil di kawasan pertambangan ini menjadi simbol dari krisis ekologis yang dihadapi oleh masyarakat adat akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab.
Hutan bagi mereka bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga sumber kehidupan yang sangat vital.
Hilangnya hutan berarti hilangnya sumber pangan, obat-obatan, dan kebutuhan hidup lainnya, yang secara langsung mengancam kelangsungan hidup mereka. (*/Shofia)