Kehabisan Obat Obatan dan Perawatan, Sekitar 2000 Pasien Kanker di Jalur Gaza Hidup dalam Kondisi Kesehatan yang Sangat Buruk

Ket. Foto : Sekitar 2000 Pasien Kanker di Gaza Hadapi Kondisi Kesehatan yang Sangat Buruk (Foto/X/@JulianiMadinah)

Internasional, gemasulawesi – Salah satu pengungsi Palestina yang kini mengungsi di sebuah sekolah yang dikelola PBB di Khan Younis, Saida Barbakh, saat ditemui salah satu media sedang duduk di kursi rodanya di kelas yang penuh sesak tersebut.

Saida Barbakh yang menghela nafas dalam-dalam mengatakan jika obat pasien kanker tulang yang berusia 62 tahun itu telah habis beberapa hari sebelumnya, sebelum perang Israel dan Palestina melanda.

Saida Barbakh sebelumnya dirawat di RS Al Makassed yang terletak di Yerusalem Timur yang kini diduduki Israel.

Baca: Sebut Miliki Informasi Intelijen, White House Ungkap Miliki Bukti Hamas Gunakan RS Al Shifa untuk Jalankan Operasi Militer

Namun, setelah operasi yang sukses dan rumit dalam rangka pengobatannya, Saida Barbakh kembali ke Gaza di tanggal 5 Oktober 2023, 2 hari sebelum perang pecah.

Saida mengatakan kepada wartawan yang mengunjunginya jika dia seharusnya kembali setelah 2 minggu untuk pemeriksaan kesehatan.

“Saya tidak menyangka keadaan akan mencapai tingkat bahaya yang seperti ini,” katanya.

Baca: Hutang Membengkak Sejak Perang Lawan Hamas, Mungkinkah Penjajah Israel Terancam Bangkrut?

Sekolah-sekolah yang dikelola oleh PBB yang menjadi tempat 725.000 pengungsi Palestina berlindung dari pemboman Israel yang tidak henti-hentinya selama lebih dari sebulan.

Sebuah hal yang diakui jauh dari ideal untuk menampung pasien yang sakit.

Kurangnya air bersih, listrik, makanan dan tempat tidur serta fasilitas kamar kecil yang tidak memadai menjadikan sekolah tersebut kini menjadi tempat berjangkitnya penyakit, terutama ISPA dan diare serta ruam kulit.

Baca: Jadi Sasaran Penjajah Israel, WHO Sebut RS Al Shifa di Gaza Palestina Hampir Seperti Kuburan

Dilansir dari Al Jazeera, Saida mengakui dia membutuhkan perawatan dan tidur, serta dia sendiri tidak dapat banyak bergerak dalam kursi roda yang dipakainya.

“Hidup dalam perang dengan melawan kanker yang buruk dan menyakitkan ini sungguh mengerikan,” ujarnya.

Saida Barbakh termasuk salah satu di antara 70 pasien kanker yang dievakuasi dari rumah sakit untuk pergi ke selatan.

Baca: Tank Penjajah Israel Maju ke Gerbang RS Al Shifa Gaza Palestina, Ahli Bedah Sebut Seseorang Harus Menghentikan Ini

Namun, setelah rumahnya rusak akibat pemboman Israel yang mengubah pemukiman tersebut menjadi kota hantu.

Diakuinya dia dan keluarganya tidak punya pilihan lain selain tinggal di tempat penampungan.

Di pihak lain, Menteri Kesehatan Otoritas Palestina, Mai Al-Kaila, memperingatkan bahwa nyawa 70 pasien kanker ini berada dalam ancaman serius karena kurangnya pengobatan dan tindak lanjut kesehatan. (*/Mey)

 

 

 

 

Bagikan: