Internasional, gemasulawesi – Penjajah Israel mulai menghancurkan jalan dari tanah Desa Yasuf, sebelah timur Salfit.
Wael Abu Madi, kepala dewan desa di Yasuf, menyampaikan kepada media bahwa para pemukim mulai membangun jalan tanah dari tanah desa utara Yasuf menuju kota Beita dan Huwara di Kegubernuran Nablus pada tanggal 11 Februari 2025 waktu setempat.
Dia menunjukkan jalan ini akan menelan puluhan dunam tanah warga yang ditanami pohon zaitun sambil mencatat bahwa desa itu telah menjadi sasaran serangan sengit oleh penjajah dalam beberapa tahun terakhir dan penargetan langsung tanah warga dan properti pribadi.
Sementara itu, Menteri Keuangan penjajah Israel sayap kanan, Bezalel Smotrich, menyampaikan dalam pidatonya di sebuah lembaga Haredi bahwa listrik dan air di Jalur Gaza perlu diputus sepenuhnya dan bantuan kemanusiaan dibatalkan.
Baca Juga:
Pasukan Penjajah Israel Menghancurkan Sebuah Rumah 2 Lantai di Sebelah Barat Ramallah Tepi Barat
“Kita harus mengancam bahwa jika terjadi sesuatu pada sandera manapun, penjajah Israel akan menduduki 5 persen Jalur Gaza,” ujarnya.
Dia juga mengklaim mendapatkan dukungan penuh dari Donald Trump mengingat pernyataan terbarunya tentang kembali bertempur di Jalur Gaza.
Dia menyebutkan militer penjajah Israel siap menduduki sebagian wilayah Jalur Gaza, terutama di utara, dalam ‘beberapa jam’ jika ada perintah dari eselon politik.
“Jalur Gaza akan kembali menjadi bagian dari negara penjajah Israel karena ini adalah negara kami dan ini adalah satu-satunya cara untuk menjamin keselamatan warga negara penjajah Israel dan keamanannya,” ucapnya.
Dia mengatakan tidak ada undang-undang yang dapat memaksa kaum Yahudi ultra-Ortodoks untuk menjalani dinas militer.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza melaporkan otoritas penjajah Israel menghalangi lebih banyak evakuasi medis dari penyeberangan Rafah ke selatan, bahkan menolak perjalanan untuk mereka yang sebelumnya menerima izin keamanan.
Kemenkes mengatakan di antara daftar pasien hari ini terdapat seorang anak berusia 16 tahun penderita kanker yang ditolak perjalanannya dan pendamping pasien kanker lainnya juga ditolak perjalanannya. (*/Mey)