Kupas tuntas, gemasulawesi – Perang sebagai babak kelam dalam sejarah suatu bangsa, sering menjadi inspirasi bagi perfilman untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang telah membentuk perjalanan sebuah negara.
Salah satu film yang merangkum tragedi sejarah adalah The East (De Oost).
Mengangkat latar tahun 1946, film ini mengisahkan pertempuran yang terjadi setelah Indonesia merdeka, mengungkap sisi gelap perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan.
Di balik layar The East, terdapat hal-hal menarik yang membuat kamu harus menonton ini.
- Merekam Jejak Sejarah Nyata
Film ini bukanlah karya fiksi semata, melainkan didasarkan pada kisah nyata yang telah terukir dalam lembaran sejarah Indonesia.
Kisah kekejaman yang dilakukan oleh Raymond Westerling diperankan oleh Marwan Kenzari di Sulawesi Selatan menjadi inti cerita yang terasa menghantam.
Raymond Westerling sebagai komandan pasukan khusus militer Belanda, memimpin aksi pembantaian terhadap ribuan warga sipil dalam perlawanan anti-gerilya.
- Jim Taihuttu: Darah Indonesia dalam Arteri Belanda
Di balik arahan sutradara Jim Taihuttu, aliran kejut terasa dalam film ini.
Menariknya, Jim yang merupakan warga Belanda memiliki akar keindonesiaan dalam dirinya.
Berdarah Maluku dari ayahnya, dia memberikan sudut pandang yang tak biasa dalam meretas sejarah yang penuh duka.
Film ini adalah salah satu dari karya-karyanya, yang sebelumnya telah menghasilkan tiga film lainnya seperti Wolken #2 (2009), Rabat (2011), dan Wolf (2013).
- Perjalanan Syuting yang Melintasi Berbagai Tanah
Proses syuting film ini melintasi berbagai benua.
Tidak hanya di Tanah Air, lokasi syuting juga menyinggahi Pacitan, Jawa Timur.
Gambaran perjuangan di medan pertempuran pun diambil di Belanda dan Belgia, menciptakan kesan autentik dalam visualnya.
- Kolaborasi Pemain: Belanda dan Indonesia
Para aktor Belanda, Marwan Kenzari dan Martijn Lakemeier, memainkan peran sentral dalam The East.
Kehadiran mereka, beserta aktor-aktor Belanda lainnya, memberikan dimensi yang kuat pada karakter prajurit tentara Belanda.
Namun, yang menggugah perhatian adalah peran para aktor Indonesia yang telah memberi jiwa pada film ini.
Lukman Sardi, Putri Ayudya, Ence Bagus, dan Yayu Unru adalah bintang-bintang Indonesia yang menghiasi layar dengan kepiawaian mereka.
Terlihat jelas bagaimana film ini menjalin kisah penjajahan dengan persembahan akting yang tulus dari mereka.
Setiap karakter yang mereka bawakan memiliki kedalaman dan kompleksitas yang menyatu sempurna dengan narasi yang digarap.
Dengan demikian, The East bukan hanya sekadar film, melainkan sebuah penceritaan berharga yang menerobos tabir masa lalu.
Keterlibatan para pemain, baik dari Belanda maupun Indonesia, telah berhasil menghidupkan lembaran sejarah yang memilukan.
Film ini menjadi saksi bisu perjuangan, kesedihan, dan keberanian dalam menggali akar sejarah yang mungkin perlu dikenang, meski pahitnya sulit diucapkan. (*/CAM)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News