Nasional, gemasulawesi - Kontroversi terkait alasan lima tokoh muda Nahdliyin bertemu Presiden Israel kini mulai terungkap.
Zen Maarif, satu dari lima tokoh Nahdliyin Muda, menciptakan kontroversi setelah foto pertemuan dengan Presiden Israel Isaac Herzog diunggah ke akun Instagramnya dan menjadi viral.
Dalam postingannya, Zen Maarif mengungkap alasan dibalik pertemuannya dengan Presiden Israel tersebut.
Ia menyatakan preferensinya untuk berdialog langsung dengan pihak Israel daripada ikut serta dalam demonstrasi atau melakukan boikot sebagai bentuk ekspresi terhadap konflik antara Hamas dan Israel serta hubungan Indonesia-Israel.
"Saya bukan seorang demonstran, melainkan seorang filsuf-agamawan. Alih-alih turun ke jalanan untuk berdemonstrasi atau melakukan boikot, saya lebih memilih untuk berdiskusi dan menyampaikan gagasan," tulis Zen Maarif dalam caption foto tersebut.
Dia menjelaskan bahwa dirinya dan rombongan bertemu langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, di Istana Presiden, berharap dapat mencapai hasil terbaik untuk semua pihak terkait situasi yang sedang berkecamuk.
Namun, sikap ini tidak disambut baik oleh sebagian kalangan, terutama di kalangan tokoh agama dan pengamat politik di Indonesia, termasuk Ketua PBNU, Ulil Abshar Abdalla.
Ulil Abshar Abdalla dengan tegas mengkritik kunjungan lima anak NU ke Israel, menganggapnya sebagai tindakan yang tidak dapat diterima mengingat kondisi agresi yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina saat itu.
Dalam keterangannya, Ulil Abshar Abdalla mengecam keras keberangkatan mereka ke Israel, menunjukkan bahwa kunjungan semacam itu tidak sejalan dengan sikap solidaritas NU yang konsisten dalam mendukung Palestina dalam konflik dengan Israel.
PBNU, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, mempertahankan pandangannya untuk mendukung hak-hak rakyat Palestina dan menentang tindakan Israel yang dianggap merugikan.
Kritik terhadap kunjungan ini mencerminkan pentingnya konsistensi dalam kebijakan luar negeri organisasi Islam dan pemuka agama di Indonesia terkait isu-isu global yang melibatkan hak asasi manusia dan perdamaian internasional.
Pernyataan Ulil Abshar Abdalla menyoroti bahwa kunjungan ke Israel di tengah-tengah konflik yang berlarut-larut dapat dianggap sebagai tindakan yang kurang mempertimbangkan sensitivitas dan kondisi politik yang tengah terjadi.
Kontroversi ini juga menegaskan kompleksitas pandangan dan tindakan terhadap konflik Israel-Palestina di kalangan pemuda-pemudi Indonesia yang aktif dalam kegiatan sosial dan advokasi.
Meskipun beberapa individu memilih jalur dialog untuk mempromosikan perdamaian dan pemahaman, reaksi keras dari tokoh-tokoh agama seperti Ulil Abshar Abdalla menegaskan pentingnya mempertahankan konsistensi dalam mendukung kausa kemanusiaan di tingkat internasional.
Kecaman pun datang dari berbagai pihak di media sosial atas tindakan lima tokoh muda Nahdliyin tersebut.
"Perundingan apa? Hasilnya saja salah. Seakan-akan tidak ada genosida di sana. Seolah-olah konflik ini hanya antara Hamas dan Israel. Dari sini saja sudah tergiring opini ke arah Israel. Yang kita ketahui, ini bukanlah konflik antara Hamas dan Israel, ini genosida, bung," komentar akun @iqk***. (*/Shofia)