Kupas tuntas, gemasulawesi – Dalam gemuruh layar lebar, The East atau De Oost menghadirkan potret kontroversial yang menghentak hati.
Sebuah persembahan dari Belanda, film ini semula diputar dalam Festival Film Belanda tahun 2020, namun pandemi meluncurkannya ke panggung digital melalui Prime Video sebagai Amazon Original pada Mei 2021.
Seiring deru zaman, The East menjadi penjelajah gelap dalam sejarah, membawa kita menyusuri jejak perjalanan hidup Raymond Westerling.
Raymond Westerling, sebuah nama yang mengundang sorotan dalam catatan kelam Indonesia.
Dalam film ini, dia digambarkan sebagai pimpinan Depot Speciale Troepen (DST), pasukan elit Belanda yang terlibat dalam tragedi pembantaian rakyat Sulawesi Selatan pada tahun 1946-1947.
Di balik layar sejarah, terhanyutlah ribuan nyawa tak berdosa.
Tercatat sejarah, namun terbelit kontroversi.
Dalam sorotan sejarah, nyanyian korban membawa dua versi kebenaran. Data sejarah mencatat hingga 40.000 nyawa merenggang akibat aksi pembantaian Westerling.
Namun, pihak Belanda merapatkan angka pada 3.000. Dua sisi yang tak pernah sepenuhnya merapat.
Dalam layar sinema, The East menghadirkan perdebatan baru.
Keluarga Westerling mendakwa film ini sebagai kisah yang memutarbalikkan fakta, merajut kebohongan.
Namun, dalam nuansa kontras, film ini dijuluki sebagai lentera keberanian generasi muda Belanda yang bersedia menghadapi luka sejarah mereka.
Dengan kepala tegak, mereka menatap masa silam yang tak selalu mulia.
Bagi para penikmat drama sejarah dan aksi perang, The East adalah bekal yang patut dimasukkan dalam daftar tontonan.
Dalam arahan tajam, film ini membangkitkan cerita Johan De Vries diperankan oleh Martijn Lakemeier, seorang tentara muda di bawah pimpinan Raymond Westerling diperankan oleh Marwan Kenzari.
Mereka terjerat dalam operasi melawan gerilyawan di Sulawesi Selatan. Lantunan tembakan, bergegasnya waktu, dan pertanyaan moral merajut emosi De Vries.
Nama Westerling tak pernah disebut sepenuhnya dalam film ini, ia hadir dalam bayangan yang dikenal sebagai Raymond.
Aksi kerasnya dalam menangkis pasukan gerilya Indonesia mengoyak hati De Vries.
Tapi dari pertanyaan-pertanyaan itu, lahir ragu dan kepedihan.
De Vries merasa tak berdosa, melihat tembakan-tembakan menghujam warga sipil. Dilema moral membelit.
Di tengah perjalanan De Vries, layar bergulir dengan perlahan.
Baca: Intip Sinopsis dari Film Downfall: Ini Dia Kisah Akhir Kehidupan Adolf Hitler dalam Bunker Berlin!
Kita mengikuti luka moral yang semakin menganga, mengamati gerak-gerik Raymond yang mengabdi pada ambiguitas moral.
Apakah De Vries akan tetap menjadi alat dalam ketidakadilan?
Ataukah dia akan menentang panggilan negara yang tidak selaras dengan nuraninya?
Baca: Yuk Intip Sinopsis Film Black Book! Kisah Ketegangan dan Kehidupan Rahasia di Tengah Perang Dunia II
Bukan fakta tulen yang merekam peristiwa ini, tetapi atmosfer dan emosi yang terpantul dari The East.
Meskipun film ini menemukan pijakan dalam fiksi, gambaran karakter-karakternya tak jarang memanggang nyata.
Perbedaan hanya pada dramatisasi tragis yang dihadirkan.
Dengan sentuhan sutradara Jim Taihuttu, The East menjadi cermin bagi sejarah yang perlu diangkat.
Ini adalah panggilan keberanian untuk memperjelas bayang-bayang masa lalu.
Dengan teliti, film ini membongkar lapisan demi lapisan kebenaran yang terkadang luput dari pandangan mata.
Sebuah perjalanan dalam jejak sejarah yang tak selamanya indah, namun penting untuk dikenang. (*/CAM)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News