Nasional, gemasulawesi- Dirjen Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM diminta memperhatikan dampak lingkungan akibat industri tambang di Indonesia.
Hal itu diungkapkan, Anggota Komisi VII DPR RI Diah Nurwitasari dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Baca juga: Dinas ESDM Sulteng Perintahkan PT KNK Tidak Berkegiatan di Moutong
Menurutnya, selain berpotensi memberikan keuntungan pada negara, eksploitasi pada kawasan pertambangan tersebut tentu akan berdampak bagi lingkungan sekitar.
“Pertambangan ini selalu terkait isu lingkungan, di mana di situ ada titik-titik pertambangan, di situ juga pasti ada isu lingkungan yang sangat krusial,” terang Diah dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI dengan Dirjen Minerba Kementerian ESDM RI, Dirjen ILMATE Kemenperin RI, Dirut PT Antam Tbk, Dirut PT Vale Indonesia Tbk, Dirut PT Virtue Dragon, Dirut PT Tsinghan Steel Indonesia, dan Dirut PT Bintang Delapan Mineral, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu 10 November 2021.
Baca juga: Ini Peta Potensi Tanah Longsor Sulawesi Tengah
Diah melanjutkan, dengan meningkatnya pertambangan seperti pertambangan nikel di Indonesia, kebutuhan nikel yang semakin tinggi pasti dampak lingkungannya pun semakin besar. Oleh sebab itu, menurutnya ini menjadi sesuatu yang perlu dimitigasi sejak awal.
“Selain itu, ketika ini semakin bertambah banyak (dampaknya), bertambah besar, seperti apa reklamasi ke depannya. Saya yakin ini tidak sederhana,” kritisi Diah.
Baca juga:KPK Tahan Dirut PT. PLN (Persero) Non Aktif
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mewanti-wanti, jangan sampai negara hanya fokus menarik keuntungan atau kemanfaatan pertambangan tersebut, namun proses reklamasi berikutnya tidak diselesaikan dengan tuntas. Dirinya melihat titik-titik pertambangan di Indonesia cukup banyak yang tidak sempurna.
Rapat ini membahas beberapa hal, di antaranya progres engineering from diagram mineral yang sedang di progres dan Struktur SDM yang mendukung dan struktur kapital yang menyertai, serta hal lainnya. Diketahui saat ini, terdapat 19 smelter yang telah terbangun di Indonesia, dengan tambahan empat smelter pada akhir tahun. Adapun, empat smelter pada tahun ini adalah milik PT Aneka Tambang Tbk., PT Smelter Nikel Indonesia, PT Cahaya Modern Metal Industri, dan PT Kapuas Prima Citra. (**)
Baca juga:PGN Optimalkan Gas Bumi Dorong Kawasan Ekonomi Baru