Kupas Tuntas, gemasulawesi – Film Perburuan mengajak penontonnya meresapi kisah dramatis pasca-perang kemerdekaan Indonesia.
Disutradarai oleh Richard Oh dan dibintangi oleh Adipati Dolken, Ayushita, Ernest Samudra, Khiva Ishak dan Michael Kho, film Perburuan ini hadir dengan adaptasi menarik dari novel karya Pramoedya Ananta Toer.
Kisah film berlatar enam bulan setelah kegagalan PETA melawan tentara Jepang.
Shodancho PETA, Hardo yang kembali terluka akibat perang, harus menyembunyikan diri di kampung halamannya di Blora, Jawa Tengah.
Terkejar oleh tentara Jepang yang melihatnya sebagai musuh, Hardo memilih bersembunyi di hutan.
Namun, rahasia pengkhianatan oleh ayah tunangannya dan sahabatnya yaitu Karmin terkuak menjelang kemerdekaan Indonesia.
Film Perburuan ini menggambarkan kehidupan pahit pasca-perang, di mana Hardo terpapar intrik dan perjuangan yang tak terduga.
Pengkhianatan yang dihadapinya dari orang-orang terdekat menambah kompleksitas cerita, sementara perlawanan keras Dipo dan Kartiman memberikan dimensi dramatis pada alur film.
Film Perburuan berhasil menghadirkan atmosfer tegang dan mencekam, menjelajahi tema kepercayaan, persahabatan, dan perjuangan melawan ketidakadilan.
Penonton akan diajak merenung tentang realitas pahit pasca-perang yang menguji kekuatan karakter-karakter utama.
Dalam film Perburuan ini, Adipati Dolken memainkan peran dengan penuh emosi, menggambarkan perjuangan dan dilema karakternya dengan meyakinkan.
Akting para pemain lainnya juga memberikan warna dan nuansa yang kuat pada narasi.
Dengan tanggal penayangan yang bersamaan dengan “Bumi Manusia,” film Perburuan ini menjadi bagian dari rangkaian karya yang diadaptasi dari karya Pramoedya Ananta Toer.
Ini menciptakan pengalaman menonton yang lebih dalam, menggali sudut pandang yang berbeda dari periode sejarah yang sama. (*/CAM)