Berita sulawesi tengah, gemasulawesi– Terputus, jembatan di Desa Tobelombang Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).
Berdasarkan informasi dari BPBD Sulteng, Kepala Desa Tobelombang Banggai Sulteng, Wolter Lahasima melaporkan kejadian jembatan terputus, Sabtu 27 Juni 2020.
Kronologisnya, karena hujan deras 26 Juni 2020 pukul 20.00 WITA hingga 05.00 WITA. Akibatnya, air sungai meluap dan mengalir deras. Sehingga, terjadi pengikisan lapisan tanah di bawah jembatan.
Dari kejadian terputusnya jembatan Tobelombang, dilaporkan tidak ada korban jiwa serta korban materil belum dapat ditentukan.
Upaya penanganan saat ini adalah warga bersama aparat desa, pemerintah kecamatan, Polri dan TNI, secara bergotong-royong membangun jembatan darurat berbahan kayu.
Kondisi akhir, jembatan darurat sudah bisa dilintasi dengan motor dan mobil sedang roda empat saja.
Sebelumnya, akibat hujan deras jembatan penghubung Kota Palu-Poso di Desa Suli Kabupaten Parigi Moutong juga jebol.
“Jembatan jalan trans Desa Suli jebol. Mobil dari arah Palu dan Poso tidak bisa lewat,” ungkap Anleg DPRD Parigi Moutong, Ni Leli Pariani.
Ia melanjutkan, jebolnya jembatan jalur penghubung trans Sulawesi arah Palu-Poso di Desa Suli Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong, akibat hujan berkepanjangan
Jembatan itu kata dia, jebol pada bagian ujung jembatan. Sehingga, mengakibatkan antrian panjang kendaraan.
Saat ini, pihak kepolisian Parigi Moutong sedang melakukan rekayasa lalu lintas, mengalihkan kendaraan melewati jalur alternatif lainnya.
“Solusi sementara adalah agar kendaraan bisa melintas melewati Korobakan atau belakang KLK Suli. Dan itupun hanya dibolekan melintas kendaraan kecil,” urainya.
Selain menjebol jembatan, hujan deras juga mengakibatkan banjir yang menghantam wilayah perbatasan Desa Tolai dan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Akibat hujan deras semenjak pagi tadi. Sehingga, sekitar pukul 01.15 Wita air sudah meluap ke jalan,” ungkap Anleg DPRD Parigi Moutong, Ummi Kalsum.
Ia mengatakan, sekitar 200 meter wilayah yang terkena banjir di perbatasan Desa Tolai dan Balinggi. Cuman, banyak lahan perkebunan dan pertanian warga yang terkena imbasnya.
Daerah itu lanjut dia, memang langganan banjir. Hujan deras sedikit saja, langsung air meluap ke jalan.
Banjir di perbatasan Desa Tolai dan Balinggi sudah sampai selutut orang dewasa. Sedangkan, banjir diwilayah Balinggi Jati lebih parah lagi melebihi lutut orang dewasa.
“Untuk aktivitas lalulintas kendaraan di lokasi banjir dibatasi. Hanya kendaraan tertentu saja yang bisa melintas. Alasannya, sangat rawan apabila dipaksakan,” jelasnya.
Ia melanjutkan, kendaraan seperti motor pada saat mencoba melintas banyak yang tiba-tiba mengalami kerusakan. Sehingga, sementara tidak diizinkan melalui jalan itu.
Kepolisian dan TNI hingga saat ini, sedang melakukan pembatasan kendaraan melintasi jalan terkena banjir.
“Selain itu, bersama Polisi, TNI dan warga kami bergotong-royong mencoba memindahkan kayu-kayu besar yang menghalangi aliran sungai,” urainya.
Kayu besar itu kata dia, berasal dari perkebunan warga di sekitar aliran sungai yang terdampak banjir.
Menurutnya, sudah harus ada alat berat diturunkan ke lokasi banjir. Sebab, terdapat kayu besar yang saat ini sulit dipindahkan dengan menggunakan tenaga manusia.
“Hanya ada satu hal mengkhawatirkan. Salah satu pondasi jembatan di lokasi itu, nampaknya sudah retak. Sehingga, bisa membahayakan pengendara yang melintas,” tuturnya.
Sebaiknya, pihak instansi terkait memperhatikan hal itu. Apalagi, pada musim penghujan seperti saat ini.
“Satu-satunya solusi untuk mengatasi banjir adalah normalisasi sungai. Kalau normalisasi bagus, maka tiga kecamatan yang dilalui sungai itu akan terhindar dari bencana banjir serupa pada masa mendatang,” tegasnya.
Laporan: Muhammad Rafii/BPBD Sulteng