Surabaya, gemasulawesi - Kisah Nimas Sabella, seorang wanita asal Surabaya, menjadi viral di media sosial setelah ia menceritakan pengalamannya menghadapi teror dan pelecehan dari Adi Pradita, teman sekelasnya saat SMP.
Lewat akun X pribadinya @runeh_, Nimas berbagi tentang horor yang dialaminya selama satu dekade.
Semua bermula ketika Nimas dan Adi masih duduk di bangku SMP.
Nimas pernah memberikan uang Rp5 ribu kepada Adi karena melihatnya sering tidak jajan di kantin.
"Katanya ‘aku gak sangu’ makanya tak kasih Rp5 ribu,” ujar Nimas, mengenang saat pertama kali ia berinteraksi dengan Adi.
Nimas menegaskan bahwa pemberian uang tersebut murni tindakan kebaikan tanpa ada perasaan khusus.
Namun, Adi tampaknya menafsirkan tindakan tersebut sebagai tanda perhatian yang membuatnya jatuh hati pada Nimas.
Gangguan yang dialami Nimas semakin intensif saat mereka berada di kelas XI SMA pada tahun 2014.
Salah satu insiden yang mengerikan terjadi ketika Adi tiba-tiba muncul di depan sekolah Nimas pada malam hari setelah latihan paskibra.
Puncak dari teror ini terjadi pada tahun 2015 ketika Nimas mengucapkan terima kasih kepada Adi atas ucapan bela sungkawa saat ayahnya meninggal dunia.
Menurut Nimas, Adi merasa bahwa Nimas membuka hatinya untuknya, dan sejak saat itu, ia mulai menguntit Nimas melalui media sosial dan terus mengirimkan pesan.
Kesal dengan stalking yang dilakukan Adi, Nimas memutuskan untuk menemui Adi dan berbicara secara baik-baik.
Namun, pertemuan tersebut malah memperburuk keadaan. Adi mengungkapkan perasaannya, dan Nimas menolaknya dengan baik-baik, menjelaskan bahwa ia sudah memiliki pacar.
Alih-alih menerima penolakan, Adi malah meminta Nimas untuk memutuskan pacarnya.
"Aku tolak baik-baik, dia gak terima. Malah teror pacar aku. Aku (jadi) putus," kata Nimas.
Tahun 2018 merupakan tahun terberat bagi Nimas.
Adi tidak hanya mengganggunya melalui media sosial, tetapi juga mulai melakukan tindakan fisik yang menakutkan.
Adi pernah melempar jam mati dan surat cinta ke rumah Nimas, serta berdiam di depan rumahnya sejak pukul 1.00 hingga 4.00 dini hari.
Berbagai cara telah dilakukan Nimas untuk menghindari gangguan Adi. Mulai dari mengabaikannya, melabraknya kembali, hingga berpura-pura sudah tunangan dengan seorang tentara. Namun, semua usaha tersebut sia-sia.
“Gak mempan. Aku stres, ngamuk-ngamuk nangis kayak orang gila,” jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, teror yang dilakukan Adi semakin parah. Adi kerap mengirimkan foto alat kelaminnya sendiri dan mengancam akan membunuh cowok yang mencoba mendekati Nimas.
Pada akhirnya, Nimas memutuskan untuk melaporkan tindakan Adi ke pihak berwajib.
Laporan ini direspons dengan cepat oleh polisi, yang kemudian menangkap Adi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kasus ini menjadi viral di media sosial, dan dukungan pun mengalir deras untuk Nimas.
Dukungan pun mengalir untuk Nimas, yang telah mengalami teror selama 10 tahun.
Banyak yang mengecam tindakan Adi dan memuji keberanian Nimas untuk melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib.
Baca Juga:
Stok Selalu Ada, Pemprov Sumut Sampaikan Pasokan Bawang Putih di Wilayah Sumatera Utara Aman
Tidak hanya karena lamanya teror yang dialami Nimas, tetapi juga karena menunjukkan bagaimana obsesi yang tidak sehat dapat berkembang menjadi tindakan yang meresahkan dan melanggar hukum.
Dukungan dari masyarakat diharapkan bisa menjadi motivasi bagi korban lain untuk tidak ragu melaporkan tindakan serupa. (*/Shofia)