Berita Sulawesi Tengah, gemasulawesi – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bantu akses pemasaran Desa Wisata Malangga, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Desa Malangga, Kabupaten Tolitoli., Sulawesi Tengah masuk dalam daftar 50 Desa Wisata Terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Desa wisata ini telah lolos uji standar penilaian tim juri yang terdiri dari tujuh kategori.
Tujuh kategori penilaian adalah 1. Daya tarik wisata (alam dan buatan, seni dan budaya), 2. Souvenir (kuliner, fashion dan kerajinan), 3. Homestay, 4. Toilet umum, 5. Digital dan kreatif, 6. Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE), dan 7. Kelembagaan Desa.
“Mereka akan mendapatkan arahan dan pendampingan dari BCA melalui program Mitra Bakti BCA,” kata Vinsensius Jemadu, Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Jumat 14 Oktober 2022.
Rombongan Kemenparekraf tiba di titik drop off dan disambut hangat oleh masyarakat sekitar. Sebagai tanda penghormatan kepada para tamu yang hadir, mereka kemudian diiringi dengan tarian Maragai.
Vinsensius mengatakan bahwa permasalahan yang sering dihadapi pelaku industri kreatif adalah akses pemasaran, periklanan, permodalan dan juga akses bahan baku.
“Kami akan menggunakan semua media yang kita miliki untuk mendukung pariwisata di Tolitoli,” katanya.
Tidak hanya itu, Vinsesius memastikan Kemenparekraf akan membantu masalah packaging yang kerap menjadi titik lemah produk ekonomi kreatif rumahan yang banyak ditemui di Tolitoli.
“Di Kemenparekraf, ada seksi yang memiliki program bedah desain. Mereka akan pergi ke daerah yang memiliki kerajinan elektronik yang bagus, tetapi kemasannya masih minim, kita akan membuatnya lebih kekinian” katanya.
Untuk promosi, kata Vinsesius, Kemenparekraf mengupayakan produk ekonomi kreatif on boarding e commerce dan online. Ini merupakan salah satu langkah yang dilakukan pemerintah untuk go digital.
Berbicara tentang potensi wisata, desa Malangga memiliki atap unik di atas rumahnya, yang dikenal dengan nama rumah “Langko”. Atap penduduk dibuka dan ditutup dengan barang-barang kering seperti cengkeh untuk mendapatkan sinar matahari langsung.
Selain itu masyarakat juga terkenal dengan produk gula tebu yang masih diolah secara tradisional.
Upacara panen tradisional dan tradisi tongkat masih berlangsung setiap tahun. Selain itu, keindahan alam desa ini juga menjadi hal yang menarik bagi wisatawan yang datang berkunjung ke desa Malangga, terdapat jalur sungai di tengah desa yang sering dijadikan tempat wisata tepi laut dan tidak jauh dari pusat desa terdapat air terjun Malane.
Juga terdapat Air Terjun Malane yang dapat dicapai dengan kendaraan roda dua atau empat perjalanan memakan waktu sekitar 10 menit dari pusat kota dan kemudian berjalan kaki sekitar 10 menit untuk sampai di pusat air terjun.
Keindahan alam dan sejuknya aliran air membuat tempat wisata alam ini menjadi favorit masyarakat di akhir pekan.
Baca: Longsor Mamuju, Tutup 13 Titik Jalur Trans Sulawesi
Rumah Langko merupakan bentuk hunian bagi sebagian besar masyarakat setempat. Mata pencaharian penduduk adalah petani cengkeh, kakao dan kelapa. Adapun kekayaan seni dan budaya, desa tersebut memiliki Tarian Moduai.
Yang juga merupakan tarian untuk penyambutan tamu yang berkunjung ke Kabupaten Tolitoli, Konon pada masa kerajaan di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah tarian ini sering digunakan untuk menyambut tamu kerajaan yang akan berkunjung ke Kabupaten Tolitoli.
Kemudian juga ada Tarian Maragai, yang merupakan tarian etnik masyarakat Tolitoli yang pada waktu itu dibawakan untuk menyambut raja juga tamu kerajaan. Gerakan dasar dari tarian ini merupakan gerakan silat, jadi yang melakukan tarian ini adalah laki-laki. (*/Ikh)
Baca: 278 Desa di Parigi Moutong Jadi Sasaran Penanganan Stunting
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News