Belum Jadi Komoditas Unggulan, Dinas Perkebunan Sultra Sebut Permintaan Buah Pinang Alami Peningkatan

Ket. Foto: Permintaan Buah Pinang Disebutkan Dinas Perkebunan Sulawesi Tenggara Meningkat Source: (Foto/Antara/HO)

Kendari, gemasulawesi – Menurut Pusat Informasi Pasar atau PIP Dinas Perkebunan dan Holtikultura Sulawesi Tenggara, Adnan Jaya, di Kendari, meskipun saat ini buah pinang di pasaran belum menjadi komoditas unggulan di sektor perkebunan, namun, permintaan pasar mengalami peningkatan.

Adnan Jaya mengungkapkan peningkatan permintaan pasar terjadi selama beberapa bulan terakhir.

Adnan Jaya menambahkan bahkan beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dinas Perkebunan dan Holtikultura Sulawesi Tenggara telah mengembangkan tanaman pinang di sejumlah kecamatan.

Baca Juga:
Sempat Hilang 18 Hari, Pegawai Koperasi di Palembang Ditemukan Tewas Terkubur dalam Ruko yang Dicor, Polisi Beberkan Sosok Pelaku Utamanya

“Khususnya untuk warga yang mempunyai lahan tidur,” ujarnya.

Adnan mengungkapkan harga buah pinang kupas yang ditawarkan di Sub Terminal Agribisnis atau STA di Kendari, Sulawesi Tenggara, mengalami penurunan drastis dari periode tahun sebelumnya.

Adnan menyampaikan harga pinang kupas sekitar 4.000 rupiah per kilogram hingga 4.500 rupiah per kilogram.

Baca Juga:
Baru Ditinggal Sebentar di Mobil, Uang Rp324 Juta untuk Proyek Pembangunan Infrastruktur Desa Cibodas Bogor Raib Digondol Perampok

“Ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang harganya pernah mencapai 8.000 rupiah per kilogram,” katanya.

Dikutip dari Antara, dia mengatakan di tingkat petani produsen, harga buah pinang kupas lebih rendah lagi, yaitu sekitar 3.850 rupiah per kilogram.

“Untuk tingkat pedagang pengumpul dan pedagang antar daerah sekitar 4.100 rupiah hingga 4.200 rupiah per kilogram,” ucapnya.

Baca Juga:
Pemilik Restoran di Depok Ini Kesal dengan Ulah Rombongan Pengunjung yang Kabur Usai Makan, Tinggalkan Tagihan Rp829 Ribu, Begini Endingnya

Diketahui jika sebelumnya, Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura Sulawesi Tenggara, La Haruna, menyatakan tanaman pinang di Sulawesi Tenggara belum menjadi primadona seperti jenis tanama kakao, lada, cengkih dan kelapa.

Menurutnya, itu dikarenakan pinang dianggap hanya sebagai tanaman pembatas kebun atau lahan yang ditemukan di desa-desa.

Dia melanjutkan jika pihaknya selalu mengimbau para petani agar lahan tidur yang dimiliki selama ini dimanfaatkan dengan menanam pinang.

Baca Juga:
Tak Dapat Perhatian Pemerintah, WNA Asal Denmark Ini Bantu Perbaiki Jembatan di Wakatobi Sulawesi Tenggara yang Sudah Bertahun-tahun Rusak

“Karena, tanaman jangka panjang sangat mudah tumbuh di lahan apa saja dan juga bebas dari hama penyakit,” terangnya.

La Haruna menuturkan tanaman pinang belum menjadi tanaman unggulan di Sulawesi Tenggara, tetapi, secara umum, permintaan pasar, terutama dari Pulau Jawa dan juga beberapa daerah lainnya di Indonesia ramai memesan untuk digunakan sebagai salah satu bahan baku obat-obatan.

“Juga perusahaan herbal yang bergerak di industri kosmetik,” paparnya. (Antara)

Bagikan: