Internasional, gemasulawesi – Di bulan November lalu, agresi Israel sempat memasuki babak baru ketika kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata atau jeda kemanusiaan yang hanya berlangsung selama sepekan yang juga sekaligus untuk pertukaran tahanan dan sandera.
Laporan menyebutkan jika salah satu pihak yang mendapatkan banyak tekanan dari perang Israel-Hamas yang telah menewaskan lebih dari 20 ribu rakyat Palestina ini adalah Benjamin Netanyahu yang merupakan Perdana Menteri Israel.
Masyarakat Israel sempat melakukan aksi demo untuk Benjamin Netanyahu karena dianggap gagal mencegah Operasi Banjir Al-Aqsa Hamas yang terjadi di tanggal 7 Oktober 2023.
Sejumlah mantan Perdana Menteri Israel di masa lalu bahkan sempat menyerukan Benjamin Netanyahu untuk turun dari jabatannya sebagai PM Israel dan digantikan oleh rekannya yang juga merupakan sesama anggota Partai Likud.
Menurut laporan, Partai Likud adalah partai sayap kanan yang paling besar yang berada di Israel dan mendominasi negara Zionis tersebut.
Selain itu, Partai Likud juga berhasil menghasilkan sejumlah tokoh penting di Israel, terutama di pemerintahannya, yang disebut-sebut berada di balik agresi yang dilakukan Israel ke Palestina yang masih berlangsung hingga sekarang.
Partai Likud mempunyai orientasi bahwa Palestina terutama Hamas dan bangsa Arab pada umumnya adalah ancaman yang serius untuk Israel yang menjadi dasar untuk mereka.
Partai Likud juga memiliki ideologi religius yang dikategorikan ekstrem dan seringkali membuat kampanye tentang rasa takut terkait masalah keamanan dalam negeri Israel disebabkan ancaman dari luar.
Salah satu kolumnis Israel, Ari Shavitz, mengungkapkan dalam suatu waktu jika cita-cita membangun Israel menjadi sebuah negara yang reguler, seperti halnya negara-negara lain di dunia, selalu gagal karena dominasi yang kuat dari Partai Likud di Israel.
Baca Juga:
Banyak yang Kehilangan, Korban Tewas Akibat Perang Palestina Tembus Angka 22800 Jiwa
Shavitz menuturkan pada kenyataannya Partai Likud sering menanamkan ketakutan pada orang-orang Yahudi di Israel, bahkan sejak mereka kecil, bahwa orang-orang Arab akan melemparkan mereka ke laut.
“Partai ini memiliki sebuah pemikiran bahwa warga Israel tidak mempercayai lagi adanya perdamaian seperti yang dahulu pernah mereka lakukan di tahun 1990-an,” katanya.
Partai Likud didirikan di bulan September 1973 dengan tujuan menantang Partai Buruh Israel yang telah memerintah Israel sejak tahun 1948 yang merupakan tahun berdirinya negara Zionis tersebut.
Baca Juga:
Angkat Bicara, Menlu AS Sebut Situasi di Gaza untuk Warga Palestina Masih Mengerikan
Perang yang sekarang ini masih berlangsung di Palestina diketahui tidak membuat dukungan untuk anggota Partai Likud kepada Benjamin Netanyahu menurun, meskipun mayoritas masyarakat Israel menuntut Netanyahu mundur. (*/Mey)