Internasional, gemasulawesi – Para penjajah membakar tenda-tenda Badui yang terletak di daerah Wadi al-Matwi yang menghubungkan Kota Salfit dan Kota Bruqin pada hari Rabu, tanggal 19 Maret 2025 waktu setempat.
Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa sekelompok penjajah Israel menyerang komunitas Badui, membakar tenda-tenda mereka dan juga merusak properti mereka.
Sebelumnya, para penjajah Israel menyerang penghuni tenda dan menyemprot mereka dengan semprotan merica.
Pelanggaran ini terjadi ketika pasukan penjajah Israel terus membangun jalan kolonial baru menuju pos paling depan kolonial baru yang dibangun di tanah Desa Farkha, barat daya Salfit.
Baca Juga:
Hamas Sebut Belum Menutup Pintu Negosiasi Meski Penjajah Israel Kembali Membombardir Jalur Gaza
“Para penjajah Israel telah mulai memasang kabel listrik dan merehabilitasi jalan menuju pos kolonial baru yang dibangun di tanah desa,” ujar Mustafa Hammad, kepala dewan Desa Farkha.
Mereka juga telah meratakan sebagian besar tanah warga di daerah Wadi al-Matwi untuk menghubungkan pemukiman Ariel dan pemukiman al-Ras yang dibangun di tanah Kota Salfit dengan pos paling depan kolonial baru.
Di sisi lain, pada hari Rabu, otoritas penjajah Israel menghancurkan 10 rumah di Kota Rahat yang terletak di wilayah pendudukan 1948 dengan dalih bahwa rumah-rumah itu dibangun tanpa izin.
Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa pasukan besar polisi penjajah disertai dengan buldozer, menyerbu kota dan menghancurkan sekitar 10 rumah milik keluarga Al-Atayqa, rumah bagi sekitar 50 penduduk.
Baca Juga:
Seorang Pemuda Palestina Tewas selama Serangan Pasukan Penjajah Israel di Nablus
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri penjajah Israel menuduh Sekjen PBB, Antonio Guterres, mengalami kebangkrutan moral setelah dia mengatakan dia marah dengan serangan udara penjajah Israel yang baru di Jalur Gaza.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Oren Marmorstein, menyatakan pihaknya sangat marah dengan Antonio Guterres adalah Sekretaris Jenderal PBB.
Dia menuduh Kepala PBB tidak menyebutkan usulan Amerika Serikat untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata.
Penolakan Hamas untuk memperpanjang fase pertama terjadi karena Hamas tetap berkomitmen untuk melaksanakan kesepakatan yang disepakati dalam semua fasenya.
Baca Juga:
Pasukan Penjajah Israel Membunuh Seorang Pemuda Palestina selama Serangan di Qalqilya
“Kami benar-benar marah dengan kebangkrutan moral Anda,” ucap juru bicara tersebut kepada Guterres. (*/Mey)