Internasional, gemasulawesi – Peristiwa terjadinya gempa bumi Turki menjadi pelajaran untuk Indonesia dari segi bangunan.
Dimana yang diketahui proses pencarian dan penyelamatan terhambat karena arsitektur bangunan hal ini membuat gempa bumi Turki menjadi pelajaran untuk Indonesia mengapa?
Indonesia dikenal negara yang paling rawan terjadi gempa, hal inilah yang membuat gempa bumi Turki menjadi pelajaran untuk Indonesia.
Baca: Fakta Terjadinya Gempa Bumi di Provinsi Gaziantep Turki yang Menewaskan Korban Jiwa
Seperti yang diketahui bahwa 2/3 wilayah yang ada di Indonesia terkhusus Pulau Sumatra, Pulau Jawa, dan Pulau Sulawesi menjadi daerah yang paling rawan terjadinya gempa.
Antisipasi bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu atau tidak bisa diprediksi harus dipikirkan matang-matang untuk membuat bangunan.
Diketahui bahwa tim pencarian dan penyelamatan yang mencari para korban gempa bumi di Turki merasa kesulitan karena ada begitu banyak bangunan yang rusak dan hancur.
Baca: SMPN Dua Parimo Siap Laksanakan USBN Tahun 2019
Apalagi saat itu terjadinya di pagi hari dimana semua orang masih terlelap dalam mimpi dan berada di musim dingin, proses untuk menyelamatkan para korban yang selamat kecil.
Antisipasi yang harus dilakukan oleh para bidang arsitektur di Indonesia harus menggunakan pendekatan yang namanya Pengurangan Risiko Bencana atau disingkat PRB.
Unsur PRB ini yaitu ada tiga, yang pertama adalah harus terus menerus mencari, menggali, meneliti untuk mendapatkan daerah mana yang paling rawan terjadi ancaman gempa jika ingin melakukan pembangunan gedung.
Baca: USBN SMPN Model Toniasa Parimo Diikuti 42 Siswa
Yang kedua orang yang bergerak di bidang arsitektur harus melihat bagaimana kerentanan bangunan yang dibuat dan lokasi dimana bangunan tersebut dibangun.
Karena kerentanan dari bangunan harus mengurangi seminimal mungkin untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan yang lebih parah atau mengurangi banyaknya korban jiwa.
Kerentanan bangunan ini harus dibangun berdasarkan dari bagaimana konsep bangunan tersebut yang tahan akan gempa entah itu dari material dan sebagainya.
Baca: Pemda Parigi Moutong Bangun Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Lalu yang ketiga adalah bagaimana pemerintah dan masyarakat mengantisipasi terjadinya gempa yang bisa saja terjadi kapan saja.
Dan bagian yang ketiga ini harus ditingkatkan semacam sosialisasi terkait kegempaan, praktik stimulasi apabila terjadinya gempa dan kebencanaan.
Selain itu juga bagi para arsitektur didorong tidak hanya membuat konsep tentang keindahan bangunan saja akan tetapi harus tahan gempa.
Baca: Bimtek USBN Digelar Disdikbud Parimo
Dari pelajaran gempa bumi Turki untuk Indonesia ini pemerintah dan masyarakat tidak boleh untuk terlena karena ancaman seperti ini bisa kapan saja terjadi terlebih banyak gunung merapi yang masih aktif baik di atas daratan maupun di bawah lautan. (*/Wulandari)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News