Sulawesi Selatan, gemasulawesi – Desa Tana Towa, Kecamatan Kajang, Sulawesi Selatan (Sulsel) di sana terletak rumah adat Suku Kajang. Salah satu suku di provinsi tersebut.
Bagi Suku Kajang rumah adat memiliki sebuah filosofi, sehingga mereka membangun rumahnya menghadap kearah barat. Arah barat dipilih sebab Suku Kajang meyakini nenek moyangnya berada di sana.
Suku Kajang terkenal dengan trandisinya yang masih kental. Bahkan di rumahnya tak ada perabotan serta peralatan listrik, hal itu melambangkan sebuah kesederhanaan.
Baca: Mengenal Ritual Mayat Berjalan Dari Suku Tana Toraja Sulawesi Selatan
Tidak hanya syarat akan nilai kesederhanaan. Bentuk rumah yang sama antara satu dan lainnya sebagai bentuk keseragaman.
Orang-orang rumah Suku Kajang merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu, bambu dan rumbia. Suku Kajangn pantang membangun rumahnya dari batu.
Mereka mempercayai orang mati saja yang dihimpit oleh liang lahat dan tanah. Bila ada anggota suku melanggar membuat rumah dari batu, maka dianggap telah mati.
Baca: Tempat Pelelangan Ikan di Takalar, Sulawesi Selatan Direhabilitasi Habiskan Anggaran Miliaran Rupiah
Terdapat tiga filosofi rumah adat terhadap suku amma towa ini atau nama lain dari Suku Kajang diantaranya Parra, Kale Balla dan Siri.
Para merupakan bagian atas rumah untuk tempat menyimpan bahan makanan. Sementara lotengnnya berada di sisi kanan dan kiri berguna sebagai rak untuk menaruh peralatan.
Para merupakan bagian atas rumah untuk tempat menyimpan bahan makanan. Sementara lotengnnya berada di sisi kanan dan kiri berguna sebagai rak untuk menaruh peralatan.
Selanjutnya Kale Balla gunanya sebagai tempat tinggal. Siri bagian bawah rumah diperuntukan untuk melaksanakan berbagai macam kegiatan seperti menenun, beternak atau menumbuk padi juga jagung.
Baca: Penyebab Kebakaran di Pasar Terong Makassar, Sulawesi Selatan Masih Diselidiki Polisi
Semua rumah orang Suku Kajang tiang penopangnya berjumlah 16 batang. Sementara Kale Balle atau tempat tinggal dibagi tiga.
Bagian-bagian itu dipisahkan oleh pappamutulang yaitu latta riolo, latta tangnga dan tala-tala. Ketiganya memiliki fungsi yang berbeda.
Latta riolo digunakan sebagai tempat tamu, latta tangnga tempat tuan rumah menerima tamu dan tala-tala tempat kaum wanita tidur. Sementara untuk yang baru meneikah tala-talanya dibuat lebih tinggi sejengkal.
Baca: Bikin Merinding, Film Tasbih Kosong Ungkap Kisah Pesugihan di Desa Sulawesi Selatan
Bagian lain dari rumah dibuat kamar-kamar khusus yang disebut bili’i. Bili’i ini berdinding papan, berlantai bambu yang terikat satu sama lainnya, beratap rumbia. Ada pula dapur serta tempat digunakan untuk buang air kecil.
Sebela kiri pintu di bagian ujung atap pada bagian latta riolo terdapat hiasan ekor ayam dinamakan anjong. (*/NRL)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News