Nasional, gemasulawesi – Dalam perjalanan hidup Prabowo Subianto, keberagaman telah menjadi salah satu elemen yang membentuk karakter dan latar belakangnya.
Prabowo Subianto pernah mengungkapkan keberagaman keluarga besarnya dengan bangga.
Prabowo Subianto menyebut bahwa ibunya bernama Dora Marie Sigar adalah seorang Nasrani yang telah melahirkan Prabowo Subianto dari rahimnya.
Dora Marie Sigar lahir di Manado pada 21 Oktober 1921, namun, cerita keluarga Sigar bermula di Langowan, sebuah daerah di selatan Kota Manado, Sulawesi Utara.
Kehidupan keluarga Sigar di Langowan memiliki kaitan dengan makam Tawaijln Sigar, yang juga dikenal sebagai Benyamin Thomas Sigar.
Tawaijln Sigar adalah sosok penting pada masanya, seorang pemuka masyarakat, dan pernah menjadi komandan pasukan Tulungan yang berperang melawan Pangeran Diponegoro.
Makam Tawaijln Sigar terletak dekat dengan Sentrum, kota distrik Langowan.
Prabowo Subianto bukanlah seseorang yang melupakan sejarah keluarganya.
Sejak usia muda, ia sudah berkunjung ke makam leluhurnya, termasuk makam Benjamin Thomas Sigar yang terkenal sebagai salah satu penangkap Pangeran Diponegoro.
Keluarga Dora Marie Sigar memiliki latar belakang etnis Minahasa, yang juga merupakan orang-orang yang peduli dengan pendidikan modern pada masanya.
Orangtua Dora Marie Sigar, Phillip Frederik Laurens Sigar dan Corneli Emilia Maengkom berasal dari keluarga birokrat kolonial Minahasa.
Phillip Frederik Laurens Sigar memulai karier birokratnya dengan magang di kantor keresidenan Manado, dan ia juga pernah menjadi anggota Dewan Kota Manado serta anggota Volksraad (Dewan Rakyat).
Ketika Phillip Frederik Laurens Sigar memasuki masa pensiun, ia menetap di Belanda bersama anak-anaknya, termasuk Dora Marie Sigar.
Dora Marie Sigar sendiri pernah menempuh pendidikan di Christelijk Hogare Burger School di Belanda.
Keluarga Minahasa pada masa itu sangat memprioritaskan pendidikan, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Saudara-saudara Dora Marie Sigar adalah individu yang terdidik dan menikahi orang-orang terdidik, termasuk sarjana hukum.
Dora Marie Sigar sudah berada di Belanda sejak usia 12 tahun, dan dia juga mengalami masa pendudukan Jerman di Belanda.
Dia belajar ilmu keperawatan pasca bedah di Utrecht dan menganut agama Calvinis.
Perjumpaan antara Dora Marie Sigar dan Sumitro Djojohadikusumo ayah dari Prabowo Subianto berawal dari pertemuan yang diselenggarakan oleh Indonesia Christen Jongeren (Mahasiswa Kristen Indonesia).
Sumitro Djojohadikusumo sendiri juga mengenyam pendidikan di Belanda, di Nederlandse Economische Hogeschool, Rotterdam.
Perjalanan cinta Dora Marie Sigar dan Sumitro Djojohadikusumo tak selalu mulus, tetapi mereka berhasil melewati berbagai rintangan.
Baca: Gibran Masih Kader PDI P Meski Jadi Cawapres Prabowo, Pakar Sebut Berpotensi Timbulkan Kerugian
Mereka menikah pada 7 Januari 1947, meskipun pada masa itu terjadi perang dan situasi politik yang sulit.
Dora Marie Sigar yang memiliki wajah yang terlihat agak Belanda menjadi sasaran perhatian dan bahkan ancaman di masa itu.
Perkawinan antara Sumitro dan Dora Marie Sigar menghasilkan keluarga yang beragam dalam hal Sumitro Djojohadikusumo dan budaya.
Anak-anak Sumitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar memiliki latar belakang keyakinan yang berbeda-beda dan keluarga besar mereka menjadi contoh tentang bagaimana perbedaan dapat bersatu dalam cinta dan kerjasama.
Keberagaman ini telah membawa nuansa khusus dalam keluarga Prabowo Subianto, membentuk karakternya dan mendorongnya untuk menjadi sosok yang mampu menghargai perbedaan dalam masyarakat Indonesia. (*/CAM)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News