Nasional, gemasulawesi - Basarnas Surabaya menginformasikan bahwa total korban selamat dari peristiwa robohnya mushalla di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, kini mencapai 104 orang, setelah satu santri yang sebelumnya dinyatakan hilang ditemukan dalam kondisi selamat.
Kepala Kantor Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, di Sidoarjo, Jawa Timur, pada Sabtu, menjelaskan kepada ANTARA bahwa penambahan data itu berasal dari laporan wali santri.
Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa santri yang sebelumnya hilang berhasil menyelamatkan diri saat mushalla runtuh dan sempat pergi ke rumah rekannya.
“Total keseluruhan saat ini ada 118 orang, terdiri dari 14 korban meninggal dunia dan 104 orang selamat,” ujar Nanang.
Baca Juga:
TNI AL dan BI Resmi Lepas Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2025 di Sulawesi Tengah
Ia menerangkan, saat mushalla roboh, santri itu sempat menyelamatkan diri dengan keluar dari pondok dan pergi ke rumah temannya.
Santri tersebut dikira hilang karena tidak memberi tahu orang tuanya mengenai tempat ia berada.
Orang tua santri tersebut, lanjutnya, sempat berada di lokasi Pondok Pesantren Al Khoziny karena mengira anaknya tertimbun puing bangunan yang runtuh.
Namun, santri itu akhirnya datang ke ponpes dan bertemu langsung dengan orang tuanya.
Baca Juga:
KPK Benarkan Pengembalian Uang oleh Khalid Basalamah dalam Kasus Kuota Haji
“Kemarin ada seorang santri bernama Ibnu yang dilaporkan hilang oleh orang tuanya. Mereka menunggu di sini, dan setelah anaknya datang, kami langsung memperbarui data korban selamat,” ujar Nanang.
Sementara itu, hingga Jumat malam pukul 23.00 WIB, tim SAR gabungan kembali menemukan satu korban meninggal dunia di sektor A4.
Penemuan ini, jumlah korban meninggal akibat runtuhnya bangunan bertambah dari 13 menjadi 14 orang.
Nanang menambahkan, proses pencarian masih difokuskan pada pembukaan akses material reruntuhan dengan bantuan alat berat, namun tetap dilakukan dengan hati-hati agar tidak membahayakan tubuh korban yang masih tertimbun.
Baca Juga:
Ribuan Ojol Gelar Aksi di DPR, 6.118 Personel Gabungan Dikerahkan Amankan Unjuk Rasa
Ia mengungkapkan bahwa tim di lapangan telah membongkar sekitar 60 persen material bangunan.
Kegiatan tersebut bukan untuk merobohkan seluruh bangunan, melainkan untuk membuka akses agar proses evakuasi dapat berjalan lebih cepat.
“Kalau ada tanda-tanda keberadaan korban, proses pembongkaran langsung dihentikan untuk dilakukan evakuasi,” jelasnya.
Ia menambahkan, alat berat seperti ekskavator hanya digunakan untuk membuka jalur, bukan mengangkat korban dari reruntuhan.
Baca Juga:
Banjir Terjang Badung, Satu Keluarga Hilang Terseret Arus
Demi keamanan, setiap sektor juga dilengkapi petugas keselamatan yang memantau secara visual bila ada indikasi keberadaan korban.
Berdasarkan laporan sementara dari para wali santri, masih ada sekitar 49 orang yang belum diketahui keberadaannya.
Tetapi, Nanang menekankan bahwa angka tersebut belum bisa dijadikan acuan pasti karena dimungkinkan ada santri yang pulang tanpa memberi kabar.
“Seperti kasus sebelumnya, ada seorang santri bernama Ibnu asal Surabaya yang sempat dilaporkan hilang, tapi ternyata tidak berada di lokasi. Jadi, jumlah 49 orang itu belum bisa dipastikan benar,” ujarnya.
Baca Juga:
Evakuasi Pekerja Terjebak di Tambang Grasberg Freeport Papua
Nanang menjelaskan bahwa operasi pencarian dilakukan sesuai prosedur selama tujuh hari dan dapat diperpanjang bila ditemukan tanda-tanda korban.
“Secara hitungan, operasi ini mungkin bisa selesai hari ini atau paling lambat besok, tapi semua bergantung pada kondisi di lapangan,” katanya. (ANTARA)