gemasulawesi.com – Berita Terkini Indonesia Hari Ini
Berita Terupdate dan Terkini Indonesia, Sulawesi Tengah, Palu, Poso, Parigi Moutong
Kabar Gembira! Angka Stunting di Indonesia Tahun 2022 Turun
Nasional, gemasulawesi – Terjadi penurunan angka stunting di Indonesia pada tahun 2022. Hal ini ungkapkan dalam konsferensi pers Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di akun Youtube Kementerian Kesehatan RI tanggal 27 Januari 2023.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Kepala Badan Kebijakan Kesehatan, Syarifah Lisa Munira, SE., MPP., Ph.D dan Dirgen Kesehatan Masyarakat, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH, yang bertanggungjawab sebagai narasumber dan menyampaikan hasil survei.
Baca: Program Jumat Palu Sehat Permudah Layanan Kesehatan
Dikatakan Syarifah, pelaksanaan SSGI bertujuan untuk menghasilkan angka stunting setiap tahun, serta untuk mendukung upaya penurunan stunting yang ditargetkan menjadi 14% pada tahun 2024.
“Seperti yang sudah dilaporkan, angka stunting untuk tahun 2022 turun dari 24,4% menjadi 21,6%. Jadi turun sebesar 2,8%,”jelas Syarifah.
“Pengumpulan data dari 486 Kabupaten/Kota pada 33 provinsi di Indonesia pada bulan September-November 2022 dengan sampel sebanyak 334.848 bayi dan balita”, ujar Syarifah lagi.
Baca: Rhinitis Vasomotor dan Cara Mencegahnya
Walaupun angka stunting di Indonesia turun, Dirjen Kesmas mengharapkan masyarakat untuk mewaspadai tambahan angka stunting baru di tahun-tahun berikutnya.
”Perlu diwaspadai jangan sampai ada tambahan stunting baru. Sehingga perlu diperhatikan mulai dari persiapan kehamilan, pada saat hamil, saat anak membutuhkan ASI ekslusif dan makanan pendamping ASI karena disitulah masa krusial,” ungkap Maria.
Apa itu stunting?
Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Republik Indonesia, Dr. dr. Hasto Wardoyo, stunting adalah keadaan dimana anak tidak tumbuh dengan optimal, yang dimulai dari masa terbentuknya embrio.
Baca: Keberadaan Posyandu Dapat Tingkatkan Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak
“Anak itu mungkin bisa tinggi sampai 170, tapi karena mulai dari masa pembentukan embrio, ketika ibunya gak sehat atau ayahnya merokok banyak sekali, akhinya embrionya jadi gak bagus. Setelah itu bayinya juga jadi gak bagus,” jelas Hasto. (*/AS)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News