Nasional, gemasulawesi – Kehidupan Sumitro Djojohadikusumo yaitu sang ayah dari Prabowo Subianto adalah kisah yang penuh warna, gejolak, dan perjuangan.
Salah satu babak penting dalam perjalanan hidupnya adalah ketika ia terlibat dalam tuduhan korupsi.
Pengakuan Rosihan Anwar dalam buku “Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil” mengungkapkan bahwa ada isu bahwa Sumitro Djojohadikusumo melakukan penyalahgunaan dana dengan memberikannya kepada Partai Sosialis Indonesia (PSI).
Sebelum menghilang dari Jakarta, Sumitro Djojohadikusumo menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Burhanuddin Harahap.
Selain sebagai pejabat negara, Sumitro Djojohadikusumo juga merupakan salah satu tokoh utama PSI, yang dalam pandangan banyak orang PKI dijuluki sebagai “sosialis kanan” atau “sosialis salon.”
Pada 26 Maret 1957, Sumitro Djojohadikusumo dipanggil oleh Corps Polisi Militer (CPM) untuk diperiksa.
Saat itu, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dijabat oleh Kolonel Abdul Haris Nasution dan Kepala CPM adalah Letnan Kolonel Rushan Rusli.
Meskipun Sumitro Djojohadikusumo diperiksa dua kali pada 26 Maret dan 6-7 Mei 1957, ia dinyatakan tidak bersalah dalam kedua pemeriksaan tersebut.
Namun, Sumitro Djojohadikusumo merasa bahwa pemanggilan terakhir pada 8 Mei 1957 dapat berarti Sumitro Djojohadikusumo akan ditahan tanpa batas waktu, sehingga ia memutuskan untuk melarikan diri.
Sumitro Djojohadikusumo melarikan diri ke Sumatera Barat dan dalam perjalanannya, ia melakukan perjalanan ke luar negeri dan mencari perlindungan dengan Dewan Banteng di Sumatera Barat.
Keluarganya juga ikut pergi ke luar negeri, dan anak-anaknya bersekolah di luar negeri.
Sumitro Djojohadikusumo adalah salah satu dari beberapa buronan yang bersembunyi di daerah yang membelot secara terbuka dan mencari dukungan dari kekuatan asing, terutama Amerika Serikat.
Ketika Sumitro Djojohadikusumo terlibat dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang menuntut otonomi yaitu Sutan Sjahrir pendiri PSI mencoba untuk mendekati Sumitro Djojohadikusumo dan meminta agar ia menahan diri dari terlibat dalam pergolakan daerah.
Namun, Sumitro Djojohadikusumo larut dalam petualangan PRRI, yang akhirnya tumbang.
Setelah pemberontakan PRRI/Permesta berhasil ditumpas, Sumitro Djojohadikusumo tidak termasuk dalam orang-orang yang ditangkap.
Sumitro Djojohadikusumo bertahan di luar negeri hingga tumbangnya pemerintahan Sukarno dan setelah Soeharto berkuasa sebagai Presiden, Sumitro Djojohadikusumo kembali ke Indonesia.
Meskipun ia pernah terlibat dalam kasus yang melibatkan tuduhan korupsi dan pemberontakan, Sumitro Djojohadikusumo diberi kursi sebagai Menteri Perdagangan pada tahun 1968.
Perjalanan hidup Sumitro Djojohadikusumo adalah cerminan dari zaman yang penuh dengan konflik, perubahan politik dan ketegangan.
Meskipun ia menghadapi berbagai tantangan, Sumitro Djojohadikusumo mampu bertahan dan kembali ke panggung politik Indonesia, menjadi contoh bahwa dalam politik, perjalanan hidup seseorang seringkali tidak linear. (*/CAM)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News