Kupas Tuntas, Gemasulawesi – Film perang sering kali mengangkat tema heroisme, kemenangan, dan pengorbanan.
Namun, “Land of Mine” mengambil sudut pandang yang berbeda, menghadirkan kisah yang jarang dieksplorasi dalam dunia perfilman perang.
Film “Land of Mine” ini menggambarkan tantangan dan tragedi yang dihadapi oleh sekelompok tawanan perang Jerman di Denmark setelah Perang Dunia II.
Kisah dimulai dengan pasukan Denmark yang menduduki pesisir barat negara mereka setelah kemenangan atas Jerman.
Mereka menemukan lebih dari 40.000 ranjau darat yang ditinggalkan oleh pasukan Jerman selama perang.
Untuk membersihkan ranjau-ranjau ini, sekelompok tentara muda Jerman yang masih remaja, yang sebelumnya adalah anggota Hitler Youth, dipaksa untuk bekerja sebagai penjinak ranjau.
Para remaja ini, yang sebagian besar masih anak-anak, diberikan tugas berbahaya dan mengerikan: menjinakkan ranjau-ranjau yang mereka sendiri pasang di bawah perintah pasukan Jerman selama perang.
Mereka tidak diberi pelatihan yang memadai dan sering kali tidak memiliki alat yang tepat untuk tugas ini.
Di tengah ketegangan dan rasa bersalah yang mendalam, seorang sersan Denmark yang awalnya sangat membenci para tawanan perang ini akhirnya merasa simpati terhadap mereka.
Dia menyadari bahwa anak-anak ini adalah korban dari rezim Nazi dan bahwa mereka tidak pantas menderita akibat tindakan yang mereka lakukan saat masih bocah.
“Land of Mine” menggambarkan konflik moral dan etika yang kompleks.
Di satu sisi, ada kemarahan dan dendam yang dimiliki oleh masyarakat Denmark terhadap Jerman setelah perang.
Di sisi lain, ada rasa belas kasihan terhadap para remaja yang diperlakukan dengan sangat tidak adil.
Film ini mengeksplorasi tema pengampunan, penebusan, dan harga yang harus dibayar oleh generasi muda atas tindakan generasi sebelumnya.
Dengan akting yang kuat dan suasana yang mendalam, “Land of Mine” adalah film yang menggugah hati dan meresahkan.
Mengingatkan kita bahwa perang meninggalkan luka yang mendalam pada semua pihak yang terlibat, bahkan pada mereka yang dianggap sebagai musuh. (*/Haris Wahyu Pratama)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News
