Banjir Terparah, WALHI Tuding Pemprov Sumsel Gagal Baca Alam

waktu baca 2 menit
Ket Foto: Peta Potensi Banjir Sumatera Selatan

Nasional, gemasulawesi – Bencana , , mencatat level keparahan tertinggi dalam lima tahun terakhir, menurut laporan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ().

Direktur Sumatera Selatan, Yuliusman menjelaskan, sinyal akan terjadinya banjir bandang pada awal tahun ini telah terdeteksi sejak beberapa tahun lalu.

Namun sayangnya, upaya pencegahan dini dari Pemerintah tidak berhasil menangkap sinyal tersebut.

Baca Juga: Walhi Minta 43 Perusahaan Sawit di Sulteng Tak Kantongi HGU Diberi Sanksi Tegas

“Sinyal-sinyal akan terjadinya banjir bandang yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya sebenarnya telah muncul sejak beberapa waktu lalu, dan meskipun banjir bandang ini bukan yang pertama kali terjadi, namun tetap saja merupakan yang terbesar dan terparah selama lima tahun terakhir karena tidak ditangani dengan cepat,” ujarnya.

Yuliusman mencatat, banjir bandang terjadi bukan hanya satu faktor saja, tetapi kerusakan total dari yang disumbang wilayah sekitar.

Karenanya, perlu konsolidasi antara pemerintah daerah seperti kabupaten Pagar , Lahat, Empat Lawang, dan wilayah Tebing untuk memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi sekarang.

Baca Juga : 700 Hektar Sawah di Parigi Moutong Terendam Banjir

Diungkapkan Yuliusman, banjir di hulu muncul karena perubahan bentang (lanskap) serta berkurangnya jumlah tutupan hutan, sehingga resapan air menjadi rusak.

“Pemda semua harus duduk bersama mencari solusi agar tidak terulang lagi bencana ini, ,” tegasnya.

Dia merasa prihatin dengan dampak yang dialami oleh warga yang begitu besar.

Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah tidak melakukan upaya mitigasi atau memberikan informasi yang cukup untuk mencegah agar warga lebih waspada atau siap menghadapi bencana sebelum terjadi.

Baca Juga : Banjir Bandang Parigi Moutong, Tiga Meninggal dan Empat Hilang

“Jika banjir dapat diantisipasi, maka warga dapat lebih siap menghadapinya, ini menunjukkan bahwa ketika Sumber Daya (SDA) eksploitatif terjadi di , kemungkinan besar wilayah lain akan mengalami masalah yang serupa di masa depan,” tambahnya. (*/YN) 

Editor: Muhammad Azmi Mursalim

Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.