Bandung, gemasulawesi - Sebuah video yang memperlihatkan momen pembagian bantuan gizi bagi ibu hamil viral di media sosial.
Peristiwa ini diketahui terjadi di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.
Dari video yang beredar, tampak seorang ibu hamil yang sedang memegang telur.
Namun, yang memicu kontroversi adalah dugaan bahwa ibu itu tidak diizinkan membawa telur tersebut pulang oleh petugas posyandu yang terlihat di lokasi.
Baca Juga:
Tangkap 2 Residivis di Tangerang, Ribuan Butir Ekstasi Berhasil Diamankan oleh Polda Metro Jaya
Sejumlah netizen yang melihat video tersebut langsung berkomentar pedas. Mereka menganggap pembagian bantuan tidak dilakukan dengan baik dan bahkan menuduh ada tindakan ketidakadilan dalam penyalurannya.
Beberapa komentar netizen menunjukkan rasa empati kepada ibu hamil tersebut, sementara yang lain mengkritik keras para petugas yang terlibat dalam proses distribusi.
Beberapa warganet juga mempertanyakan mengapa bantuan telur yang sudah dipegang ibu tersebut tidak boleh dibawa pulang.
Video yang hanya berdurasi beberapa detik itu dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial, memancing berbagai spekulasi terkait praktik penyaluran bantuan oleh posyandu setempat.
Banyak netizen yang menilai bahwa ada hal-hal yang tidak transparan dalam proses tersebut.
Namun, setelah video itu menjadi perbincangan publik, pihak Desa Citeureup segera memberikan klarifikasi untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.
Sekretaris Desa (Sekdes) Citeureup, Oom Rukmana, menjelaskan bahwa video tersebut sebenarnya adalah bagian dari dokumentasi penyaluran bantuan gizi untuk ibu hamil dan balita.
Oom menegaskan bahwa bantuan tersebut memang diberikan dalam dua tahap, yaitu pada bulan Agustus dan Oktober 2024.
Pada tahap pertama, telur telah diberikan kepada para penerima, termasuk ibu yang terlihat di video.
“Pada penyaluran tahap pertama, ibu tersebut sudah menerima telur. Saat video itu diambil, pembagian bantuan sudah masuk ke tahap kedua, dan telur tidak lagi menjadi bagian dari bantuan yang diberikan. Yang dipegang ibu itu adalah telur yang digunakan untuk dokumentasi saja,” kata Oom dalam keterangannya pada Senin, 7 Oktober 2024.
Menurut Oom, kejadian ini terjadi karena kurangnya sosialisasi terkait pembagian bantuan yang terdiri dari dua tahap.
Masyarakat yang belum memahami sistem penyaluran ini mengira bahwa telur yang dipegang ibu tersebut adalah bagian dari bantuan baru yang tidak diberikan.
Klarifikasi ini pun diharapkan dapat meredakan kesalahpahaman yang berkembang di masyarakat, terutama di media sosial. (*/Shofia)