Jakarta, gemasulawesi - Suasana di sekitar Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, dipenuhi dengan kekecewaan dan ketidakpuasan dari sejumlah warga yang telah menunggu dengan sabar untuk mendapatkan bagian dari daging kurban.
Mereka telah berdatangan sejak pagi hari, memenuhi halaman Masjid Istiqlal dengan harapan dapat mengambil bagian dalam tradisi berbagi daging pada perayaan Idul Adha.
Namun, harapan mereka pupus ketika mereka menyadari bahwa sistem penyaluran daging kurban di Masjid Istiqlal di tahun 2024 ini telah berubah drastis.
Ketua Panitia Idul Adha Masjid Istiqlal, Abu Hurairah Abdul Salam, mengumumkan bahwa untuk tahun ini, daging kurban tidak akan dibagikan langsung kepada individu yang mengantre seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sebaliknya, panitia memutuskan untuk menggunakan sistem proposal, di mana daging akan dialokasikan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh berbagai lembaga sosial, masjid, musala, dan rumah yatim.
Pengumuman ini mengejutkan banyak warga yang telah menanti dengan sabar sepanjang hari.
Mereka yang berbondong-bondong datang dari berbagai sudut Jakarta, dengan harapan untuk membawa pulang daging kurban, merasa kecewa dan frustrasi.
Beberapa di antara mereka bahkan telah menunggu sejak pagi hari, hanya untuk mengetahui bahwa mereka tidak dapat menerima bagian daging seperti yang mereka harapkan.
Pantauan dari lokasi menunjukkan bahwa setelah proses pemotongan dan penyaluran daging kurban selesai sekitar pukul 15.30 WIB, suasana semakin tegang.
Warga yang awalnya berkumpul di halaman masjid kemudian bergerak menuju rumah potong hewan (RPH) dalam kompleks masjid, tetapi dengan harapan yang belum terpenuhi.
Salah satu warga asal Jakarta Barat, yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan rasa kecewa dan frustrasinya, mengatakan bahwa mereka telah menanti dengan harapan untuk mendapatkan bagian daging kurban, tetapi akhirnya tidak mendapatkan apa pun.
Ia merasa bahwa sistem proposal ini tidak adil dan tidak mempertimbangkan mereka yang telah bersedia mengantre sejak pagi.
Sebelumnya, tradisi penyaluran daging kurban di Masjid Istiqlal biasanya dilakukan dengan sistem kupon, di mana warga yang mengantre dapat menerima kupon untuk menukarnya dengan daging.
Perubahan ke sistem proposal ini, meskipun mungkin dimaksudkan untuk lebih terstruktur dan menyasar lembaga-lembaga yang membutuhkan, menyebabkan ketidakpuasan di kalangan warga yang berharap untuk mendapatkan bagian daging secara langsung.
Meskipun panitia mencatat partisipasi yang tinggi dalam pengajuan proposal, hal ini tidak mengurangi rasa kecewa di kalangan warga yang merasa bahwa upaya mereka untuk berpartisipasi dalam tradisi Idul Adha tidak terbayarkan dengan hasil yang diharapkan. (*/Shofia)