Internasional, gemasulawesi – Di piagam Hamas disebutkan jika Palestina yang juga termasuk wilayah Israel saat ini adalah wilayah Islam sejak dahulu.
Hamas juga menegaskan jika mereka akan selalu menolak kesepakatan damai dengan negara Yahudi hingga kapan pun.
Piagam Hamas juga dikatekan berkali-kali menyebutkan mereka yang merupakan bangsa Yahudi.
Baca: Jadi Sorotan Dunia, Mengenal Sepak Terjang Pejuang Hamas Palestina Sebelumnya
Hal ini lantas menimbulkan tuduhan jika Hamas merupakan geraka anti-Semitik.
Diketahui jika di tahun 2017 Hamas merilis ke publik sebuah dokumen kebijakan yang baru.
Di dalam dokumen itu, Hamas menggunakan bahasa yang lebih halus untuk sejumlah sikap mereka yang terdahulu.
Namun, di dalam dokumen kebijakan itu, Hamas tetap pada pendiriannya untuk tidak mengakui Israel sebagai sebuah negara
Tetapi, para pejuang Hamas menerima secara formal pembentukan negara Palestina yang berdaulat yang mencakup wilayah Gaza, Yerusalem Timur dan Tepi Barat.
Ketiganya dikenal sebagai sebuah garis sebelum tahun 1967 lalu.
Dokumen itu juga menekankan bahwa perjuangan Hamas bukan terhadap Yahudi tetapi kepada agresor Zionis yang melakukan pendudukan.
Di pihak lain, Israel menyatakan jika Hamas berupaya membodohi dunia.
Aksi pemerintahan yang dilakukan Hamas lantas membuat mereka mendapatkan rangkaian sanksi ekonomi dari Israel dan mereka yang selama ini menjadi sekutu-sekutunya di dunia yang mencakup sejumlah negara-negara barat.
Selain itu, Hamas juga mendapatkan sejumlah sanksi diplomatik oleh pihak yang sama.
Setelah Fatah menyingkir dari Gaza di tahun 2007, Israel semakin menguatkan blokadenya di Jalur Gaza.
Serangan roket Palestina dan gempuran Israel berlanjut.
Israel menuding Hamas bertanggung jawab atas semua serangan yang berasal dari Jalur Gaza.
Setelahnya, Israel lantas melancarkan serangan berupa 3 operasi militer besar di Gaza yang diikuti eskalasi pertempuran lintas perbatasan.
Di Desember 2008, Israel menggelar operasi militer Cast Lead dengan dalih menghentikan serangan-serangan roket Palestina.
Israel menggelar operasi militer Pilar Pertahanan di November 2012 dengan menggunakan alasan yang sama.
Mereka terlebih dahulu melakukan serangan udara yang menewaskan Ahmed Jabari, komandan Brigade Al Qassam.
Dalam konteks militer, kekuatan Hamas dilemahkan akibat 2 operasi tersebut, namun, Hamas bertahan berkat dukungan rakyat Palestina.
Serangan roket dari Gaza kembali meningkat pada pertengahan Juni 2014 ketika Israel menahan banyak anggota Hamas di sepanjang Tepi Barat selagi mencari 3 remaja Israel.
Sejak 2014, ada sejumlah letupan kekerasan yang berakhir dengan gencatan senjata dimana Mesir, Qatar dan PBB yang tampil sebagai penengah sehingga aksi kekerasan tersebut tidak menjadi perang penuh. (*/Mey)