Internasional, gemasulawesi – Dalam sebuah postingan di media sosial X di hari Senin kemarin, Misi Palestina di PBB diketahui mengecam Menlu AS, Antony Blinken, karena sebelumnya tidak menyebutkan sekitar 24 ribu orang warga Palestina yang tewas.
Diketahui jika Menlu AS, Antony Blinken, mengunggah sebuah postingan di media sosialnya di hari Minggu malam waktu AS yang memperingati 100 hari perang Palestina.
Menlu AS, Antony Blinken, dalam postingannya hanya menyebutkan tentang tawanan penjajah Israel yang berada di tangan Hamas dan menyampaikan bahwa Amerika Serikat telah berjanji untuk membawa mereka kembali karena ‘100 hari penahanan di Jalur Gaza terlalu lama’.
Misi Palestina di PBB mengungkapkan sungguh memalukan untuk mereka yang tetap terlibat dan tidak segera menyerukan gencatan senjata di Gaza.
“Mereka sejujurnya memalukan,” bunyi postingan tersebut.
Hingga kini, pihak berwenang Palestina mengumumkan lebih dari 24 ribu orang tewas karena perang, yang termasuk di dalamnya lebih dari 9.600 anak-anak.
61.000 lainnya harus terluka sejak serangan yang diluncurkan di tanggal 7 Oktober 2023 lalu.
Laporan lain menyampaikan bahkan pernyataan Gedung Putih yang menandai hari ke-100 perang di Gaza juga tidak menyinggung tentang pembunuhan dan warga Palestina yang harus mengungsi mencari tempat yang aman.
Dalam unggahannya, Presiden AS, Joe Biden, mengakui dirinya menyesalkan penangkapan para tawanan penjajah Israel.
“Selama 100 hari itu, para sandera dan juga keluarga mereka selalu menjadi prioritas saya,” katanya.
Lebih lanjut, Joe Biden juga mengutarakan pujiannya untuk upaya yang dilakukan Amerika Serikat untuk memulangkan para sandera.
Dia menyalahkan Hamas karena dianggapnya gagal untuk memperpanjang kesepakatan untuk memulangkan lebih banyak sandera.
Baca Juga:
Tidak Pandang Bulu, Seorang Anak di Bawah Umur Tewas Ditembak Tentara Penjajah Israel
Di kesempatan terpisah sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan perang ini akan terus berlanjut sampai kemenangan.
Namun, Netayahu dilaporkan menghadapi tekanan dari dalam negeri untuk memulangkan para tawanan.
Banyak masyarakat dunia yang menyerukan agar perang segera diakhiri dengan mengadakan berbagai unjuk rasa di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat. (*/Mey)