Internasional, gemasulawesi – WHO dilaporkan mengeluarkan peringatannya baru-baru ini jika lebih dari 8.000 orang di Jalur Gaza membutuhkan evakuasi medis.
Menurut WHO, sebagian besar dari mereka mengalami cedera yang ditimbulkan akibat perang di Palestina.
Richard Peeperkorn yang merupakan perwakilan WHO di wilayah Palestina mengungkapkan jika rujukan medis untuk para pasien yang terluka parah dan juga sakit di Jalur Gaza masih tidak mencukupi.
“Selain itu, rujukan medis itu juga masih bersifat sementara,” katanya.
Dia menerangkan jika diperlukan pemindahan pasien yang tertib, aman dan juga berkelanjutan ke Mesir.
“Dan itu dapat juga dilakukan ke lokasi lain melalui Mesir,” ujarnya.
Hal tersebut diketahui dikatakan Richard Peeperkorn di konferensi pers di Jenewa melalui tautan video.
Dalam keterangannya, Richard Peeperkorn mengatakan jika 6.000 orang di Jalur Gaza membutuhkan rujukan akibat menderita luka karena perang Palestina.
“Sementara itu, sekitar 2.000 orang lainnya memiliki kondisi medis yang lainnya,” ucapnya.
Richard Peeperkorn mengungkapkan jika sejak perang yang dimulai tanggal 7 Oktober 2023, total 1.243 pasien dimana 790 orang terluka dan 445 sakit, bersama dengan 1.025 pendampingnya dikirim ke luar negeri untuk menjalani perawatan lanjutan melalui Rafah.
Richard Peeperkorn menerangkan jika Mesir dan juga banyak negara lain telah menawarkan dukungan mereka untuk menerima pasien dari Jalur Gaza.
“Tetapi, sistem rujukan yang dapat diterapkan untuk itu tidak tersedia,” jelasnya.
Baca Juga:
Salah Satu Korban Lain, Kisah Seorang Wanita Muda yang Ditembak Mati di Tepi Barat
Menurut WHO, akses untuk pasien dan juga mitra kesehatan dalam memasok pasokan ke rumah sakit yang ada di Jalur Gaza masih sangat menantang.
“Untuk misi WHO ke Jalur Gaza utara, di bulan Januari, 15 misi direncanakan, namun, hanya 3 misi yang difasilitasi,” paparnya.
Dia melanjutkan bahwa 4 misi WHO lainnya terhambat karena rute yang tidak dapat dilewati dan 1 misi ditunda.
“Untuk 8 misi ditolak,” imbuhnya.
Richard Peeperkorn membeberkan jika kurangnya akses yang berkelanjutan ke rumah sakit di Jalur Gaza dapat melumpuhkan sistem kesehatan. (*/Mey)