Internasional, gemasulawesi – Seorang pemuda Palestina terluka setelah diserang secara brutal oleh tentara penjajah Israel di kota Silwan, selatan Yerusalem.
Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa pasukan penjajah Israel menyerang seorang pemuda Yerusalem yang bernama Alaa Samreen, selama penahanannya tanpa memberikan rincian tentang kondisi kesehatannya.
Samreen kemudian dibebaskan dan dipindahkan ke rumah sakit untuk perawatan medis.
Di sisi lain, analisis citra satelit yang dilakukan oleh salah satu media menemukan 44 pemakaman di berbagai wilayah Jalur Gaza mengalami kerusakan total dan sebagian selama perang penjajah Israel.
Baca Juga:
Pasukan Penjajah Israel Menghancurkan Bangunan Perumahan dan Pertanian di Selatan Nablus
Pemakaman massal dan pemakaman sementara juga didirikan untuk menguburkan ribuan jenazah.
Analisis itu didasarkan pada citra satelit yang diambil sebelum perang hingga 14 Februari di samping data resmi yang didapatkan dari Kementerian Agama Palestina.
Di sisi lain, UNICEF menyatakan blokade penjajah Israel mengancam layanan perawatan kesehatan yang menyelamatkan nyawa anak-anak termasuk bayi baru lahir di Jalur Gaza.
“Pemblokiran bantuan kemanusiaan, termasuk vaksin dan ventilator untuk bayi prematur akan menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan dalam kehidupan nyata bagi anak-anak dan orang tua mereka,” ujar Rosalia Bollen, juru bicara UNICEF.
Baca Juga:
Rabi Ekstremis Penjajah Israel Dilaporkan Pimpin Penyerbuan ke Masjid Al Aqsa
Dia melanjutkan jika tidak dapat menyediakannya, vaksinasi rutin akan terhenti.
“Unit neonatal tidak akan dapat merawat bayi prematur, jadi ini adalah konsekuensi nyata akan segera kita hadapi jika kita tidak dapat melanjutkan pasokan bantuan yang masuk,” tuturnya.
Bollen yang berada di Jalur Gaza menyebutkan pasokan yang ada telah didistribusikan sebagian besar ke seluruh wilayah Jalur Gaza.
Dia mengatakan kebutuhan begitu tinggi sehingga tidak mampu menimbun barang.
Baca Juga:
Penjajah Israel Menutup Pintu Masuk Utama ke Desa Marah Rabah di Selatan Betlehem
“Itulah sebabnya pembatasan terbaru ini begitu merugikan,” tandasnya.
Dia menambahkan fase pertama gencatan senjata bukan sekadar jeda dalam permusuhan tetapi benar-benar menjadi penyelamat bagi keluarga di sini.
“Suasana di sini sangat tertekan, keluarga yang saya ajak bicara mengaku sangat khawatir tentang apa yang akan terjadi di masa depan,” ungkapnya. (*/Mey)