Internasional, gemasulawesi – Nawal Al Masri menyatakan ‘perangkap’ saat dia mendapati putranya termasuk di antara korban yang luka ketika mendekati kawasan pusat bantuan Amerika Serikat-penjajah Israel yang disebut-sebut akan menyalurkan bantuan untuk warga Palestina di Jalur Gaza.
Nawal Al Masri mempertanyakan maksud lokasi yang didirikan Amerika Serikat-penjajah Israel untuk menyalurkan bantuan tetapi ternyata menjadi lokasi penembakan terhadap sejumlah warga Palestina yang telah banyak menderita kelaparan akibat blokade yang dilakukan penjajah Israel.
“Apakah ini yang mereka sebut bantuan? Bantuan ini untuk membunuh orang,” katanya kepada media.
Seperti yang dikutip berbagai media internasional, otoritas Jalur Gaza menyampaikan sebanyak 31 warga sipil Palestina meninggal dan sekitar 200 lainnya terluka di dekat pusat bantuan di Rafah yang terletak di Jalur Gaza selatan pada hari Minggu, 1 Juni 2025, dini hari.
Dikatakan para korban telah ditembak oleh IDF atau pasukan penjajah Israel. Gambar yang diperoleh media juga menunjukkan banyak korban tiba dengan tandu di Rumah Sakit Nasser yang terletak di Khan Younis yang terletak di wilayah Jalur Gaza selatan.
Masih dari laporan yang sama, Marwan Al Hams, kepala rumah sakit lapangan, menyebutkan bahwa mereka kewalahan dengan banyaknya korban yang masuk ke fasilitas kesehatan di sana.
Dikutip dari Antara, dia menyatakan luka yang dialami oleh korban pada umumnya akibat luka tembak dan terpusat di bagian atas korban.
Media juga memberitakan pernyataan IDF yang menyampaikan pasukannya melepaskan tembakan beberapa kali setelah mengidentifikasi bahwa ‘beberapa tersangka bergerak ke arah mereka, menyimpang dari rute akses yang ditentukan’.
Baca Juga:
Penjajah Israel Mendirikan Pos Kolonial Baru di Desa al-Taybeh di Sebelah Timur Ramallah
Ribuan warga Palestina yang telah menderita kelaparan karena blokade penjajah Israel berkumpul untuk mengakses paket makanan yang diberikan tetapi kerumunan yang begitu besar menyebabkan kekacauan.
Warga Jalur Gaza banyak yang memanjat pagar dan mendorong koridor yang penuh sesak untuk mencapai pasokan bantuan tersebut sehingga situasi menjadi ricuh, bahkan terjadi penjarahan dan tindak kekerasan.
Oleh M Razi Rahman (Antara)