Internasional, gemasulawesi – Pasukan penjajah Israel membunuh wakil direktur pertahanan sipil di utara Jalur Gaza bersama dengan keluarganya.
Media Arab mengatakan kru pertahanan sipil mengumumkan Kolonel Abu Al-Abd Morsi, yang merupakan wakil direktur pertahanan sipil, tewas di rumahnya yang terletak di daerah Al-Alami di Kamp Jabalia.
Pada hari Minggu pagi, tanggal 8 September 2023, media melaporkan 4 warga Palestina meninggal dalam pemboman penjajah Israel di wilayah Al-Alami.
Petugas pertahanan sipil telah menjadi sasaran pasukan penjajah Israel sejak dimulainya perang di Jalur Gaza, dengan sekitar 100 dari mereka tewas sejak bulan Oktober lalu.
Pada bulan Juli, pertahanan sipil menyampaikan Kolonel Mohammed Osama Hamad, yang merupakan wakil direktur departemen pemadam kebakaran dan penyelamatan juga meninggal, sementara 8 anggota kru lainnya terluka saat mereka mencoba menyelamatkan orang-orang dari sebuah bangunan tempat tinggal yang dibom oleh pesawat tempur penjajah Israel di Jalur Gaza selatan.
“Penargertan awak kapal ini adalah bagian dari serangkaian pelanggaran penjajah Israel yang sedang berlangsung terhadap orang-orang yang memberikan layanan kemanusiaan,” kata mereka.
Di bulan Juni, kru pertahanan sipil juga menjadi sasaran saat mereka berada di Kamp Nuseirat dengan sedikitnya 3 dari mereka tewas.
Organisasi itu meminta masyarakat dunia untuk memberikan perlindungan untuk awal kapal meeka dengan menyampaikan mereka telah menjadi ‘target yang jelas untuk mesin militer pendudukan’.
Di sisi lain, perwira militer senior penjajah Israel menuduh pimpinan politik negara tersebut memicu eskalasi di Tepi Barat.
Baca Juga:
Tentara Penjajah Israel Dikabarkan Melarang Delegasi Menteri Palestina Mengunjungi Jenin Tepi Barat
Para pejabat itu menyampaikan Menteri Keamanan Nasional sayap kanan penjajah Israel, Itamar Ben-Gvir, dan Bezalel Smotrich, yang merupakan Menteri Keuangan, ‘bertanggung jawab langsung’ atas meningkatnya kekerasan di wilayah pendudukan.
Mereka juga memperingatkan situasi itu dapat berubah menjadi pemberontakan besar-besaran dengan banyak pemuda Palestina yang telah menghadapi pengangguran dan kurangnya kesempatan. (*/Mey)