Kupas Tuntas, gemasulawesi - Petilasan Sri Aji Jayabaya adalah salah satu warisan bersejarah yang memikat di Kota Kediri, menggambarkan kekayaan budaya dan spiritualitas yang dalam.
Terletak sekitar 5,2 kilometer dari Monumen Simpang Lima Gumul, tempat ini menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin menjelajahi jejak sejarah dan mendalami aspek spiritual.
Sri Aji Jayabaya, raja kelima Kerajaan Kadiri, terkenal dengan keahliannya dalam meramal masa depan.
Petilasan ini bukan hanya sekadar situs bersejarah, melainkan juga pusat spiritualitas yang dianggap memiliki keberkahan.
Sendang Tirto Kamandanu, sebuah pemandian dan sumber air di dalam petilasan ini, diyakini sebagai tempat Sri Aji Jayabaya mandi dan bersuci sebelum melakukan Parama Moksa, suatu upacara khusus dalam agama Hindu yang menandai pembebasan roh dari siklus kelahiran dan kematian.
Para pengunjung yang datang ke petilasan ini, terutama pada bulan Suro, diyakini mencari berkah dan keselamatan.
Baca Juga:
Mengungkap Pesona Keajaiban Alam Pulau Tomi, Ini Dia Surga Tersembunyi di Tengah Tukang Besi!
Mereka berpartisipasi dalam ritual dan upacara, mengikuti tradisi yang dipercayai dapat mendatangkan kebaikan dalam hidup mereka.
Sebelum berdoa, pengunjung harus menyentuh benda-benda keramat sesuai dengan keyakinan Sri Aji Jayabaya, seperti mandi, cuci muka, mandi keramas, berendam, atau mandi kembang.
Perjalanan menuju petilasan ini tidak sulit.
Dari Monumen Simpang Lima Gumul, pengunjung dapat mencapainya dengan mudah dalam waktu sembilan hingga sepuluh menit menggunakan sepeda motor atau mobil.
Namun, selama berkunjung, penting untuk berpakaian sopan dan menghormati peraturan yang berlaku di tempat ini.
Petilasan Sri Aji Jayabaya bukan hanya destinasi wisata biasa.
Ia menawarkan pengalaman yang menggugah jiwa, mengajak pengunjung untuk mengeksplorasi sejarah yang kaya dan memahami spiritualitas yang mendalam.
Dengan pesonanya yang unik dan nilai-nilai yang tersirat, petilasan ini menjadi tujuan yang menarik bagi mereka yang mencari kedamaian dan pemahaman yang lebih dalam tentang budaya dan spiritualitas Jawa. (*/CAM)