Kupas Tuntas, gemasulawesi – Suku Sunda berasal dari Jawa Barat, memiliki mitos gerhana matahari yang unik dan menarik.
Menurut kepercayaan Sunda, gerhana matahari terjadi ketika Sang Hyang Tunggal yaitu Dewa pencipta alam semesta, sedang melakukan puasa.
Dalam mitos gerhana matahari Sunda, Sang Hyang Tunggal sedang melakukan puasa selama 30 hari. Namun, dewa-dewa lain merasa khawatir karena Sang Hyang Tunggal yang sangat kuat sedang lemah karena puasa.
Oleh karena itu, mereka membuat rencana untuk memancingnya keluar dari puasa dan memulai kembali pekerjaannya sebagai pencipta alam semesta.
Baca juga: Ini Nih 6 Fakta Wanita ENTJ Kepribadian yang Sering Dipandang sebagai Komandan di Alam Semesta MBTI
Dewa-dewa tersebut mengumpulkan benda-benda dari seluruh penjuru dunia, termasuk perak dan emas, yang kemudian mereka lemparkan ke langit untuk membuat suara ribut yang sangat keras.
Mereka juga menembakkan panah ke arah langit untuk membuat Sang Hyang Tunggal merasa khawatir dan keluar dari puasanya.
Ketika Sang Hyang Tunggal keluar dari puasa, terjadilah gerhana matahari. Bagi suku Sunda, gerhana matahari dianggap sebagai pertanda bahwa Sang Hyang Tunggal telah keluar dari puasa dan kembali memulai pekerjaannya sebagai pencipta alam semesta.
Dalam kepercayaan Sunda, gerhana matahari juga memiliki makna spiritual yang penting. Selama gerhana matahari terjadi, masyarakat Sunda melakukan berbagai upacara dan doa untuk memohon keberkahan dan perlindungan dari Sang Hyang Tunggal.
Baca juga: Melacak Jejak Sejarah dan Makna Ogoh-Ogoh, Bagian Keindahan Bali
Mereka percaya bahwa selama gerhana matahari terjadi, dunia gaib dan dunia manusia sangatlah dekat, sehingga mereka harus menjaga kehormatan dan kesucian selama upacara berlangsung.
Secara keseluruhan, mitos gerhana matahari oleh suku Sunda menunjukkan betapa pentingnya kepercayaan dan budaya dalam kehidupan masyarakat.
Bagi suku Sunda, gerhana matahari bukan hanya sekadar fenomena alam yang menarik, tetapi juga memiliki makna yang mendalam dan harus dihormati dengan melakukan upacara dan doa.
Hal ini menjadi bagian dari warisan budaya suku Sunda yang perlu dilestarikan dan dihormati oleh generasi selanjutnya. (*/Riski Endah Setyawati)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News