Kupas Tuntas, gemasulawesi – Pakar antropologi asal Jerman bernama Timo Duile menjadikan hantu kuntilanak sebagai objek penelitiannya, hasilnya kemudian diterbitkan dalam sebuah jurnal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia di tahun 2020.
Bagi Timo Duile kuntilanak objek penelitian yang menarik, sehingga ditulislah dalam jurnal berjudul “Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia”.
“Kuntilanak tidak cuma sebagai ikon budaya di Indonesia, namun terkenal di sejumlah negara Asia Tenggara dianataranya Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina selatan serta Thailand,” kata Timo dilansir dalam jurnalnya, Kamis 23 Februari 2023.
Baca: Film Mangkujiwo 2, Film Horor tentang Pesugihan Beredar di Bioskop Mulai Tanggal 26 Januari 2023
Di Malaysia dan Singapura, Kuntilanak dikenal dengan nama Pontianak, yang berarti wanita dengan sifat vampir: Dia tertarik pada darah serta berbahaya bagi wanita yang melahirkan.
Dikatakan kuntilanak mengacam yang hidup sebab tak menemukan kedamaian. Diketahui ia tinggal di bawah pohon atau di dalam hutan dengan mengenakan baju panjang berwarna putih.
“Melalui pendekatan objektif terhadap manusia serta roh, khususnya dari sudut pandang masyarakat Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia,” ungkapnya.
Timo mengetahui bahwa warga Pontianak mengklaim kotanya didirikan dengan pengusiran Kuntilanak, yang tinggal di pertemuan sungai Kapuas dan Landak sebelum pembangunan dimulai.
Dahulu daerah itu rawa serta hutan yang lebat. Ada pula yang berpendapat bahwa nama “Pontianak” berasal dari bahasa melayu po(ho)n ti(nggi), artinya “pohon besar”.
“Kemudian muncullah kisah Kuntilanak yang sering dikaitkan dengan pohon besar di desa-desa di Kalimantan Barat,” jelasnya .
Timo juga menjelaskan bahwa narasi Kuntilanaku adalah mitos dan modusnya “pencerahan dalam arti yang seluas-luasnya”, yaitu sebagai “kemajuan pemikiran”.
Baca: Bikin Merinding, Film Tasbih Kosong Ungkap Kisah Pesugihan di Desa Sulawesi Selatan
Menurut Timo bertujuan membebaskan manuasia serta menempatkannya sebagai penguasa. Narasi Kuntilanak merupakan bagian dari kesadaran diri Melayu kontemporer sebagai identitas Islam yang beradab, sebagai masyarakat yang beradab.
“Konsep ini bertentangan di pedalaman Kalimantan yang liar juga menakutkan. Tidak cuma keyakinan diri orang Melayu Pontianak, tapi juga masyarakat modern serta maju di Indonesia, Malaysia dan Singapura pada umumnya,” jelasnya.
Namun, Timo menunjukkan bahwa persepsi mistis ini memiliki konsekuensinya. Ini karena kuntilanak menciptakan dan melanggengkan ruang traumatis terhadap masyarakat lain.
Baca: Horor, Menakutkan dan Menegangkan! Berikut Sinopsis Film Autobiography
Oleh sebab itu, dalam menghadapi masyarakat modern juga narasi modern, pendapatnya adalah faktor-faktor dianataranya agama serta animisme tidak boleh dilihat sebagai kebalikan dari modernitas atau pun ontologi modern/barat. (*/NRL)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News