Untuk Postnatal, BKKBN Sebut 55,8 Persen Balita Telah Ditimbang Lebih dari 8 Kali

Ket. Foto: 55,8 Persen Balita, Disebutkan BKKBN, Telah Ditimbang Lebih dari 8 Kali Source: (Foto/ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)

Nasional, gemasulawesi – Menurut laporan, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Irma Ardiana, mengatakan 78 persen balita telah mengkonsumsi makanan pendamping ASI atau MPASI dengan protein hewani.

Irma Ardiana menyampaikan untuk postnatal atau pasca persalinan sebesar 55,8 persen balita telah ditimbang lebih dari 8 kali dan 85 persen balita diukur tinggi badan lebih dari 2 kali.

Irma Ardiana menyampaikan hal itu dalam acara lokakarya peninjauan pelaksanaan program Partnership to Accelerate Stunting Reduction in Indonesia atau Pasti, yang merupakan sebuah program kemitraan BKKBN bersama dengan USAID atau Badan Pembangunan Internasional AS, Tanoto Foundation, Amman dan BCA.

Baca Juga:
Bantah Tuduhan Dede Soal Rekayasa Kasus Pembunuhan Vina dan Isu Eky Masih Hidup, Iptu Rudiana Mengaku Siap Lakukan Sumpah Pocong

Serta Yayasan Bakti Barito yang diimplementasikan oleh Wahana Visi Indonesia sebagai mitra pelaksana utama.

Tetapi, dia mengingatkan para kader Posyandu mesti memperhatikan pelayanan yang diberikan sebab 7,4 persen balita masih menderita diare dan 34,2 persen menderita ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Sedangkan cakupan balita usia 12 hingga 23 bulan yang memperoleh imunisasi dasar lengkap atau IDL masih 35,8 persen dan cakupan balita usia 24 hingga 35 bulan yang memperoleh imunisasi lanjutan masih sebesar 42 persen.

Baca Juga:
Tuai Kontroversi! Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Zita Anjani Diduga Bolos dalam Rapat Paripurna Demi Latihan Pilates dan Bersantai di Kafe

Dikutip dari Antara, dia mengatakan cakupan itu masih belum memuaskan sebab masih banyak orang tua yang lupa membawa anaknya imunisasi, tidak terjangkau, vaksin tidak tersedia, balita mengalami kejadian ikutan pasca-imunisasi atau KIPI, atau tidak disetujui.

Irma Ardiana juga menyoroti sebab imunisasi dasar lengkap belum tercapai, salah satunya masih ada stigma imunisasi dapat mengakibatkan anak sakit.

Dalam kesempatan tersebut, dia juga menegaskan para kader juga mesti memastikan aktivasi dan kunjungan ke Posyandu atau bina keluarga balita atau BKB.

Baca Juga:
Buntut Kematian Wanita Asal Medan Usai Sedot Lemak, Polisi Panggil Kepala Dinas Kesehatan Kadinkes Depok, Usut Dugaan Malpraktik

Dimana berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia atau SKI Kementerian Kesehatan tahun 2023, di tingkat pre natal atau pra persalinan, persentase ibu hamil yang minum tablet tambah darah masih 44,2 persen dan ibu hamil KEK atau Kurang Energi Kronis sebesar 17 persen.

“Selain itu, remaja yang mengkonsumsi tablet tambah darah juga hanya 1 persen, ini perlu menjadi perhatian, sebab anak yang lahir dari ibu anemia berisiko menderita stunting,” katanya. (Antara)

Bagikan:

Artikel Terkait

Berita Terkini