gemasulawesi.com Berita Terkini Indonesia Hari Ini
Berita Terupdate dan Terkini Indonesia, Sulawesi Tengah, Palu, Poso, Parigi Moutong
Ini Dia Sinopsis dan Fakta yang Perlu Kamu Ketahui dalam Film Vaincre ou Mourir yang Berasal dari Perancis dan Disutradarai oleh Paul Mignot dan Vincent Mottez
Kupas tuntas, gemasulawesi – Film Vaincre ou Mourir, yang disutradarai oleh Paul Mignot dan Vincent Mottez.
Film ini mengangkat kisah tentang Perang Vendée, sebuah konflik yang terjadi di wilayah Vendée selama Revolusi Perancis akhir abad ke-18.
Meskipun mungkin tampak sebagai film sejarah biasa, penerimaannya oleh penonton sangat terkait dengan pandangan politik mereka.
Perang Vendée adalah konflik yang kompleks, di mana pasukan Republik Perancis, yang menganut ideologi sekuler Revolusi, bertempur melawan kaum Royalis Katolik selama lebih dari tiga tahun.
Saat ini, nuansa episode khusus dalam sejarah Revolusi Perancis ini sering diperdebatkan di kalangan sejarawan dan akademisi.
Perdebatan ini pun merambat ke masyarakat Prancis.
Libération sebuah surat kabar sayap kiri, mengkritik film ini karena dianggap menyederhanakan sejarah dengan memaparkan perspektif regresif.
Mereka berpendapat bahwa film ini menggambarkan kaum royalis sebagai pahlawan yang baik yang berjuang melawan kaum republikan yang jahat.
Di sisi lain, ada pihak yang memuji Vaincre ou Mourir karena dianggap berhasil menghadirkan kembali kebenaran sejarah.
Akan tetapi, sebagian besar kritikus film sepakat bahwa film ini secara artistik tidak berhasil.
Valeurs Actuelles, sebuah surat kabar konservatif, menggambarkan pahlawan royalis dalam film ini, François Athanase Charette de la Contrie atau yang dikenal sebagai Charrette, sebagai seorang martir yang sebanding dengan karakter fiksi Skotlandia, Braveheart.
Tidak hanya film ini yang menjadi sorotan.
Taman hiburan Puy du Fou, yang memiliki perusahaan produksi baru bernama Puy du Fou Films, juga menjadi pusat perhatian.
Taman hiburan ini menawarkan pengunjung pengalaman mendalam dalam sejarah Prancis dan memiliki hubungan erat dengan film ini.
Namun, beberapa sejarawan telah mengkritik Puy du Fou atas presentasi sejarah yang mereka anggap sebagai penyederhanaan berlebihan dan pemajangan mitos sejarah sebagai fakta.
Mereka juga merasa bahwa taman tersebut menyampaikan pandangan sejarah yang konservatif.
Taman Puy du Fou saat ini dimiliki oleh Nicolas de Villiers, yang merupakan putra dari pendiri taman dan politikus sayap kanan, Philippe de Villiers.
Nicolas de Villiers mengatakan bahwa taman tersebut didasarkan pada legenda populer dan menegaskan bahwa masyarakat lebih tertarik pada cerita-cerita daripada sejarah yang sebenarnya.
Pahlawan film Vaincre ou Mourir, Charrette sering kali dipajang di taman Puy du Fou.
Kaum royalis Katolik juga digambarkan sebagai martir oleh kelompok sayap kanan Prancis, yang masih menentang cita-cita sekuler dan republik yang dibawa oleh Revolusi Perancis.
Kasus ini juga mencerminkan peran pemilik media dalam mempengaruhi pandangan masyarakat.
Vincent Bolloré, seorang pengusaha multi-miliarder yang dikenal karena keyakinan Katoliknya dan afiliasi politiknya, memiliki sejumlah media berpengaruh di Prancis.
Beberapa akuisisi media-nya telah memicu pemogokan di kalangan jurnalis yang khawatir akan kebebasan editorial mereka.
Bolloré juga memiliki perusahaan produksi film Studio Canal, yang memproduksi Vaincre ou Mourir.
Ini menciptakan pertanyaan tentang bagaimana pemilik media dan perusahaan produksi film dapat memengaruhi narasi sejarah dan politik di Prancis.
Dalam konteks yang lebih luas, perdebatan ini menggambarkan betapa kompleksnya hubungan antara sejarah, politik, dan media dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap masa lalu mereka.
Sejarah seringkali menjadi alat yang digunakan untuk mendorong agenda politik dan ideologi tertentu, dan film ini hanyalah salah satu contoh dari dinamika tersebut. (*/CAM)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News