Kupas Tuntas, gemasulawesi – Proton, sebuah merek otomotif Malaysia, telah menunjukkan minat dalam memasuki pasar mobil listrik dengan rencana untuk memproduksi kendaraan listrik pertama mereka pada tahun 2025.
Setelah menyaksikan langsung peluncuran mobil listrik Geely Polestar 2 di Malaysia pada akhir tahun 2022, mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menyatakan harapannya suatu saat nanti Proton juga dapat memproduksi mobil listrik.
Harapan ini tentunya menjadi cambuk bagi Perusahaan Otomobil Nasional (Proton) yang berdiri sejak 1985 dan menjadi merek mobil nasional Malaysia yang dikenal di seluruh dunia.
Baca Juga : Honda Brio Akan Hadir Dalam Model Hybrid, Berapa Kisaran Harganya?
Proton kemudian memajukan rencana rilis mobil listrik yang awalnya tahun 2027 menjadi 2025.
Proton sedang melakukan pencarian untuk menemukan produk mobil yang tepat untuk menjadi mobil listrik pertama mereka.
Baca Juga : Toyota Highlander Hybrid 2023 Menyuguhkan Teknologi Masa Kini, Cek Harga Terkini!
CEO Proton, Roslan Abdullah, mengungkapkan bahwa mobil listrik yang ingin mereka produksi akan ditargetkan pada segmen harga terjangkau dan memiliki kepraktisan dan efisiensi yang sangat baik.
“Ada dua elemen penting yang ingin mereka hadirkan pada mobil listrik pertama Proton, yaitu kepraktisan dan efisiensi yang baik,” sebutnya.
Baca Juga : Spesifikasi Terbaru Honda CR-V 2023, Menjadikannya Mobil Teraman di Tahun Ini
Selain itu, Proton juga ingin memastikan bahwa infrastruktur dan beberapa hal lainnya sudah siap untuk mendukung produksi mobil listrik mereka.
Proton siap meluncurkan beberapa jenis kendaraan elektrifikasi sebelum memperkenalkan mobil listrik murni, termasuk kendaraan dengan teknologi Mild Hybrid, Hybrid, dan Plug-In Hybrid yang semuanya memiliki ciri-ciri yang unik.
Baca Juga : Mitsubishi Xpander Hybrid Mulai di Perkenalkan Acara Pameran Gaikindo Jakarta Auto Week
Untuk diketahui, mobil jenis Mild Hybrid, juga dikenal sebagai Micro Hybrid, memiliki fitur baterai dan motor listrik yang berfungsi membantu memberikan daya pada mobil.
Serta memungkinkan mesin mobil dimatikan ketika kendaraan sedang berhenti, seperti pada persimpangan lampu merah atau saat kondisi stop-n-go.
Fitur ini membantu mengurangi konsumsi bahan bakar sehingga membuat mobil menjadi lebih hemat atau efisien.
Baca Juga : IATC Mandalika 2022, Pembalap Asal Indonesia Podium
Namun, perlu diperhatikan bahwa mobil Mild Hybrid tidak dapat diisi daya baterainya melalui aliran listrik yang disuplai melalui peralatan pengisian daya.
Untuk mobil full hybrid, ukuran baterai pada mobil full hybrid lebih besar dan motor listrik yang digunakan lebih kuat, sehingga memberikan tambahan daya pada jarak dekat dan kecepatan rendah yang lebih signifikan.
Walaupun harganya cenderung lebih mahal dibandingkan dengan mobil Mild Hybrid, namun secara keseluruhan, prinsip dan cara kerjanya hampir sama.
Faktor utama yang membedakan keduanya adalah kapasitas baterai yang tersedia saat mobil digunakan.
Sistem kerja pada mobil plug-in hybrid sebenarnya mirip dengan mobil hybrid pada umumnya.
Namun, perbedaan utamanya terletak pada kapasitas baterai yang lebih besar, yang memungkinkan mobil ini dapat beroperasi hanya menggunakan tenaga dari baterai dalam jarak yang lebih jauh.
Bahkan, dengan kapasitas baterai yang terisi penuh, mobil plug-in hybrid dapat mencapai jarak tempuh antara 30 hingga 80 kilometer tanpa memerlukan bantuan dari mesin bensin konvensionalnya.
Hal ini menjadikan mobil plug-in hybrid lebih efisien dalam hal konsumsi bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang ketika digunakan dalam jarak yang lebih dekat. (*/YN)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News